Pemain tim nasional Indonesia mendapat pelajaran berharga dari pelatih Shin Tae Yong. Pada hari keempat pemusatan latihan timnas yang digelar di Stadion Madya, Senayan, Jakarta (18/2), pelatih asal Korea Selatan ini memarahi pemain timnas.
"Kalian ini mengoper (bola) saja tidak bisa. Anak sekolah dasar saja bisa passing seperti ini. Kalian ini, kan, pemain timnas. Apa tidak malu dengan predikat ini?" teriak Shin melalui penerjemahnya, Jeong Seok-seo.
Shin Tae Yong tak mampu menahan kejengkelannya ketika melihat operan satu-dua pemain timnas masih jauh dari sempurna. Shin langsung menghentikan latihan sejenak sekaligus memberikan koreksi tegas terkait kualitas operan para pemain tim "Garuda".
Pada pemusatan latihan timnas yang digelar mulai 14-22 Februari kemarin, Shin Tae Yong lebih fokus pada latihan fisik dan stamina pemain. Latihan fisik yang diarahkan Shin Tae Yong ini terlihat berbeda dengan latihan fisik dari beberapa pelatih timnas sebelumnya.
Intensitas latihan begitu tinggi dengan durasi yang cukup lama. Para pemain juga diminta untuk lebih fokus, tidak ada lagi kesan santai seperti yang terjadi pada program pelatih timnas yang lain, terutama era Simon McMenemy.
Mengenal Latihan "Shadow Football" dari Pelatih Timnas Anatoli Polosin
Program latihan Shin Tae Yong yang lebih mengedepankan fisik dan stamina pemain ini mengingatkan kita pada sosok Anatoli Polosin. Pelatih asal Rusia ini pernah membawa timnas Indonesia meraih medali emas Sea Games 1991.
Polosin, yang menjadi pelatih kepala timnas dengan dibantu Vladimir Urin dan Danurwindo menerapkan sistem pelatihan yang sebelumnya tidak pernah dikenal para pemain Indonesia. Sebuah pelatihan fisik yang keras, untuk menempa fisik para pemain yang saat itu memang sedikit mengkhawatirkan. Pola latihan semacam ini pada saat itu dikenal dengan sebutan "Shadow Football".
Pada dasarnya, metode "Shadow Football" adalah pelatihan bola tanpa bola, yang lebih difokuskan pada penempaan fisik, stamina dan insting para pemain. Dalam pelatihan ini, pemain harus fokus pada jari tangan pelatih, yang dianggap sebagai bola. Kemana jari pelatih menunjuk, disitulah pemain harus bergerak.
Meski tanpa bola, tim pelatih nyatanya sanggup menghitung berapa sentuhan "bola" yang dilakukan setiap pemainnya. Hampir 3 bulan lamanya para pemain timnas era pelatih Anatoli Polosin ditempa model pelatihan "Shadow Football".
Saking kerasnya latihan fisik yang diterapkan Polosin, banyak pemain menjadi "korban". Mereka muntah-muntah karena tidak tahan dengan gemblengan fisik ala militer ini. Beberapa pemain timnas seperti Fachri Husaini, Ansyari Lubis hingga Eryono Kasiha memilih kabur dari pelatnas daripada harus merasakan latihan fisik Polosin. Namun, setelah memahami manfaat "Shadow Football", para pemain yang semula kabur akhirnya kembali dan ikut berlatih.
Hasil Dari Latihan "Shadow Football" Timnas Indonesia Juara Sea Games 1991
Berkat latihan fisik yang ekstrem ini para pemain timnas mampu berlari 4 km dalam waktu 15 menit. Bahkan standar VO2Max mereka mendekati standar VO2Max para pemain Eropa saat itu.