Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Salam Pancasila Versi Yudian dan Selamat Pagi Versi Gus Dur

24 Februari 2020   22:14 Diperbarui: 24 Februari 2020   22:15 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sayangnya, Gus Dur mengkritik masih banyak umat Islam yang membeda-bedakan saudaranya sendiri. Gus Dur sangat tidak setuju dengan istilah Islam KTP, Islam Abangan dan berbagai sebutan lain yang intinya malah mempertebal jurang perbedaan dan menghalangi ukhuwah islamiyah itu sendiri.

Menurut Gus Dur, semua orang yang sudah bersyahadat dan berkelakuan baik, ya muslim. Mereka yang bertamu masih memberi salam dengan ucapan "kulo nuwun", "punteun" atau selamat pagi, ya muslim karena mereka sudah mengucap kalimat syahadat.

"Kalau begitu Gus, ucapan Assalamu'alaikum bisa diganti dengan selamat pagi?", tanya Edy Yumaedi.

"Ya bagaimana kalau petani atau orang-orang lugu itu bisanya bilang "kulo nuwun", punteun atau selamat pagi? Mereka kan belum terbiasa mengucapkan kalimat dalam bahasa arab kayak kamu?".

Intinya, Gus Dur tidak mempermasalahkan umat Islam yang tidak terbiasa mengucap Assalamualaikum dan lebih memilih ucapan lain seperti selamat pagi.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, Edy Yumaedi lalu mengusulkan agar artikelnya ditekankan pada "keinginan Gus Dur mengganti 'Assalamualaikum' dengan 'Selamat Pagi'. Menurut Edy, majalah Amanah yang baru berumur satu tahun harus membuat gebrakan agar bisa menarik perhatian pembaca.

Edy juga menyampaikan pendapatnya bahwa apabila nanti timbul kehebohan, Gus Dur bisa membantah atau mengklarifikasinya. Hasil klarifikasi itu bisa dimuat di edisi berikutnya. Dengan begitu, majalah Amanah tetap mendapat berita yang menarik perhatian.

Dalam artikelnya yang berjudul "Kulo Ndherek, Gus", Ahmad Tohari yang saat itu menjabat sebagai redaktur senior majalah Amanah mengatakan rapat redaksi akhirnya menyetujui usulan Edy Yumaedi. Hingga akhirnya terbitlah majalah Amanah yang pertama kali memuat hasil wawancara Gus Dur tentang pluralisme internal umat islam dibelokkan menjadi penggantian Assalamualaikum menjadi Selamat Pagi.

Peran Media dalam Misinformasi Berita

Sama persis dengan kasus pemberitaan Salam Pancasila. Gus Dur ketika diwawancarai Edy tidak pernah mengatakan secara langsung ingin mengganti Assalamualaikum dengan Selamat Pagi. Begitu pula dengan Yudian. Dalam wawancaranya, tidak ada narasi yang eksplisit mengatakan ingin mengganti Assalamualaikum dengan Salam Pancasila.

Meski begitu, kasus Salam Pancasila ini berbeda dengan pernyataan Yudian tentang agama sebagai musuh terbesar Pancasila. Dalam video wawancara yang ditayangkan sebuah media nasional, Yudian terang-terangan mengatakan hal tersebut. Meskipun setelah heboh Yudian baru mengklarifikasi dan menyatakan tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu. 

Dalam kasus Salam Pancasila versi Yudian dan Selamat Pagi versi Gus Dur, ada persamaan, yakni  peran media yang mengakibatkan misinformasi di masyarakat. Mengutip alasan Edy Yumaedy, media butuh gebrakan untuk menarik perhatian pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun