Tempe tidak selalu dibuat dari kedelai. Di kota Malang dan sekitarnya (kabupaten Malang dan Kota Batu), ada tempe yang unik dan rasanya tidak kalah enak dengan tempe kedelai biasa.
Bahan bakunya dari bungkil kacang tanah. Namanya Tempe Bungkil atau Tempe Kacang, pangan lokal bernutrisi khas Malang.
Sampai sekarang, belum diketahui siapa yang pertama kali memperkenalkan proses pembuatan tempe kacang. Tidak ada dokumentasi sejarah yang bisa memberitahu kita sejak kapan dan mengapa tempe jenis ini diproduksi dan dikonsumi masyarakat malang.
Di pasar-pasar tradisional kota Malang seperti pasar Merjosari, Kebalen atau Kedungkandang, tempe kacang dijual mulai harga 2 ribu rupiah per balok (ukuran sekitar 5 x 8 x 2 cm).Â
Masyarakat Malang menyukai jenis tempe ini karena rasanya yang unik dan dianggap lebih gurih dari tempe kedelai biasa.
Tekstur tempe kacang lebih kasar dan kurang padat dibandingkan tempe kedelai. Kalau tidak hati-hati saat memegangnya bisa ambyar. Karena itu, tempe kacang tidak bisa dijadikan bahan tambahan untuk sayur lodeh, atau dijadikan sambal goreng tempe misalnya.
Biasanya, tempe kacang disajikan dengan cara digoreng memakai tepung, meskipun kalau digoreng langsung juga bisa dan rasanya juga tak kalah enak.
Cara Pembuatan Tempe Kacang
Perbedaan tempe bungkil kacang dengan tempe kedelai biasa tentu saja terletak pada bahan bakunya.Â
Menurut SNI (1992, 1996), bungkil kacang tanah (peanut press cake) merupakan produk hasil ikutan atau ampas hasil penggilingan biji kacang tanah setelah diekstraksi minyaknya secara mekanis (expeller) atau secara kimia (solvent).
Di Indonesia sendiri dikenal 2 jenis bungkil kacang yang dijual di pasaran, yaitu bungkil kacang tanah biasa dan bungkil kacang tanah bahan baku pakan.Â
Beberapa penelitian menunjukkan bahan ini layak dikonsumsi. Biasanya bungkil kacang tanah ditepungkan untuk menjadi bahan tambahan pembuatan roti.Â