Jika Tuhan mengijinkan kita untuk bertukar tubuh dengan orang lain di dunia ini, maukah kita melakukannya?
Dalam obrolan santai, saya dan istri membahas pertanyaan tersebut. Awalnya sederhana, istri saya merasa semakin gemuk! Dia iri pada saya yang punya tubuh langsing. Dengan bercanda, istri saya berkata, "Coba kita bisa bertukar tubuh Mas. Sampean yang gemuk aku yang langsing."
Sama dengan istri yang tidak puas dengan badannya yang menurutnya tidak proporsional, saya dulu tidak puas dengan tubuh saya. Jika bisa seperti yang dikatakan istri, saya ingin bertukar tempat dengan mereka yang memiliki tubuh atletis, perutnya sixpack, rahangnya kuat dan berotot.
Tapi sekarang saya saya tidak ingin bertukar tubuh dengan siapapun. Karena saya sudah jatuh cinta dengan diri saya sendiri.
Jatuh cinta pada diri sendiri tidak membuat kita sombong, atau narsis. Itu berarti kita memiliki harga diri yang dalam.
Lebih dari itu, kita sadar memiliki kekurangan tapi kita masih bisa percaya diri dengan kerendahan hati. Akhirnya, kita bisa hidup dengan kepastian bahwa kita tidak akan berganti tempat dengan siapa pun, bahkan jika kita bisa.
Menjadi Transgender Karena Tidak Mencintai Dirinya Sendiri?
Lalu, apa hubungannya dengan Lucinta Luna?
Kebanyakan pelaku transgender seperti Lucinta Luna, atau mereka yang memiliki penyimpangan orientasi seksual (baca: LGBT) selalu beralasan jiwa mereka terjebak di tubuh yang salah!
Dengan mengatakan seperti itu, sama halnya mereka mengakui ketidaksempurnaan Tuhan dalam menciptakan makhluk-Nya. Iya kan?
Masa Tuhan keliru menempatkan jiwa seseorang dalam tubuh yang tidak dikehendaki?