Penyebab Orang Indonesia Kebal Virus Corona
Ada anekdot dari netizen terkait mengapa sampai sekarang virus corona belum terdeteksi di Indonesia. Virus corona bisa jadi sudah menginfeksi salah satu atau beberapa penduduk Indonesia. Tapi si virus bingung karena begitu banyak antibodi yang terdapat dalam tubuh orang Indonesia.
Mengapa bisa begitu?
Ya karena gaya hidup orang Indonesia sendiri. Kita sudah terbiasa hidup bertetangga dengan berbagai macam bakteri dan virus. Anak-anak kita biasakan beli es di pinggir jalan yang airnya banyak mengandung bakteri E. Coli.
Tubuh kita juga sudah digembleng setiap harinya dengan zat pengawet macam borax, formalin, sampai pewarna pakaian yang dicampurkan ke jajanan pinggir jalan. Pokoknya, gaya hidup orang Indonesia itu tidak akan mampu ditiru orang-orang Eropa atau Amerika.
Bayangkan, mana berani mereka meniru untuk mencuci 100 sendok piring gelas dengan hanya 1 liter air, dan belum juga kering benar sudah digunakan kembali? Mana berani orang-orang barat itu makan daging ayam tiren, atau jeroan hewan ternak?
Ditambah makanan kita semacam Rawon Setan, Mie Setan, Sambel Setan dan segala macam menu masakan dunia setan lainnya.
Intinya, mungkin saja virus itu sudah masuk ke tubuh orang Indonesia. Tapi virus corona tidak mampu bereaksi seperti pada orang-orang China atau orang barat karena si virus kalah dengan berbagai antibodi yang sudah lebih dulu mendekam di tubuh orang Indonesia.
***
Ok, lupakan anekdot tersebut dan mari kita lebih serius. Hingga saat ini, virus corona sudah merenggut nyawa sekitar 1000 orang. Virus ini juga sudah menyebar ke berbagai belahan dunia.
Negara-negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Singapura dan Thailand sudah melaporkan beberapa kasus positif, dengan Thailand yang terbanyak yakni 25 kasus positif. Sementara pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan dr. Terawan mengatakan tidak ada kasus positif virus corona di seluruh wilayah Indonesia.
Peringatan WHO dan Ahli Epidemiologi Harvard
Ketiadaan kasus ini yang memicu kekhawatiran peneliti Harvard. Menurut analisa mereka, Indonesia semestinya sudah mencatatkan kasus positif virus corona, hanya saja mungkin belum terdeteksi oleh pemerintah.
"Indonesia telah melaporkan nol kasus, dan Anda akan mengharapkan telah melihat beberapa kasus," ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch di Harvard TH Chan Scool of Public Health, sebagaimana dikutip VOA News melalui Kompas.
Mengingat beberapa negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia sudah melaporkan adanya kasus positif, virus corona juga bisa menyebar ke Indonesia. Sebelumnya, WHO sudah memperingatkan pemerintah Indonesia akan potensi penyebaran virus corona di wilayah Indonesia.
Perwakilan WHO di Indonesia, Dr Navaratnasamy Paranietharan mengatakan bahwa sekalipun pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah preventif, masih banyak hal yang harus disiapkan Indonesia mulai dari pengawasan, deteksi hingga persiapan fasilitas terkait dengan skenario apabila terjadi wabah. Â
"Ketersediaan alat tes khusus untuk mengkonfirmasi nCoV (novel coronavirus) minggu ini adalah langkah yang signifikan ke arah yang benar," ujarnya sebagaimana dikutip dari Sydney Morning Herald (7/2/2020).
Sejauh ini, otoritas medis Indonesia hanya mengandalkan tes pan-coronavirus yang bisa mendeteksi semua kerabat virus corona, bukan virus corona baru.
Menanggapi hasil penelitian Harvard, Kepala Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan dr. Siswanto mengatakan, penelitian yang dilakukan ahli Harvard itu hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
"Penelitian Harvard itu model matematik untuk memprediksi dinamika penyebaran novel corona virus berdasarkan seberapa besar orang lalu lalang," kata Siswanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/2/2020).
Siswanto juga menegaskan, sampai hari ini belum ada satu kasus yang dinyatakan positif corona berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium Litbang Kemenkes.
Dari 62 kasus, Kemenkes sudah melakukan uji laboratorium terhadap 59 kasus. Tak satu pun dari spesimen tersebut yang positif corona. Adapun 3 spesimen lainnya saat ini masih diteliti.
"Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard) hanya prediksi saja," kata dia.
Pemerintah Indonesia Persilahkan WHO dan Peneliti Harvard untuk Datang Melihat Langsung
Sementara itu, Menkes dr. Terawan mengatakan para peneliti Harvard sudah menghina kredibilitas Kementerian Kesehatan Indonesia.
"Itu namanya menghina itu. Wong peralatan kita, makanya kemarin di-fix-kan dengan duta besar Amerika. Kita menggunakan dari Amerika. Kitnya, kit boleh gunakan dari mana aja, tapi kita gunakan dari Amerika," ujar Terawan di Gedung Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).
Terawan juga menegaskan pemerintah bersikap sangat transparan dan mempersilahkan WHO, para peneliti hingga awak media untuk  berkunjung ke laboratorium Kementerian Kesehatan.
"Kita pada prinsipnya sangat transparan dan silakan yang mau memeriksa. Nanti diharapkan media juga bisa melihat kayak apa sih laboratorium kita itu BSL 3 itu, pemeriksaannya kayak apa sih," sebut Terawan.
"Supaya enggak ada yang menyangsikan lagi, pemilik kita, sudah negara lain yang sudah terakreditasi sudah mengakui WHO juga sudah mengakui, alat juga dari sono," imbuhnya.
Nihil Virus Corona, Apakah Kita Harus Bangga?
Menkopolhukan Mahfud MD juga ikut berkomentar terkait masih belum terdeteksinya virus corona di Indonesia.
"Yang ingin saya katakan bahwa sampai saat ini Indonesia itu adalah satu-satunya negara besar di Asia yang tidak punya kasus corona. Virus corona itu tuh ndak ada di Indonesia," kata Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (7/2).
Mahfud menegaskan bahwa penduduk Indonesia sejauh ini tak ada yang positif terjangkit virus corona. "Terinfeksi aja di sini tak ada," kata Mahfud.
Ketiadaan virus corona di Indonesia memang patut disyukuri. Namun, bukan berarti kita bisa lega dan lantas berbangga hati seperti yang tersirat dari pernyataan Menkopolhuka m Mahfud MD.
Peringatan WHO bahwa Indonesia belum menyiapkan skenario jika suatu saat terjadi wabah harus ditindaklanjuti secara serius oleh pemerintah Indonesia. Otoritas medis Indonesia sudah harus memiliki rencana kontingensi untuk mengantisipasi keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan berada di luar jangkauan.
Hasil penelitian ahli epidemiologi Harvard juga tak boleh dianggap remeh, sekalipun penelitian itu sifatnya memprediksi dinamika penyebaran virus berdasarkan model perhitungan matematis. Peneliti Harvard tidak bermaksud memojokkan, apalagi menghina kredibilitas otoritas medis Indonesia.
Tak ada salahnya kita selalu bersikap waspada, mengingat virus ini semakin hari semakin mematikan. Tercatat, hingga saat ini sudah ada 1000 orang meninggal akibat virus corona.
Mengingat betapa mematikannya virus corona, nihilnya kasus positif virus corona di Indonesia harus membuat kita lebih waspada dan lebih siap siaga. Bukan untuk membuat kita bangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H