Tidak ada yang bisa menghindari gosip di kantor.
Setiap tempat kerja atau kantor dipenuhi dengan kepribadian yang menarik - termasuk yang membuat frustrasi. Jika tidak berhati-hati dan tidak bisa membawa diri dalam pergaulan dengan rekan kerja, bisa-bisa kita yang jadi korban.
Salah satu tipe rekan kerja yang bisa membuat masalah adalah penggosip. Percayalah, selalu ada tukang gosip di kantor. Mereka tidak hanya mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan dan menguras energi kita. Tetapi hal paling negatif jika kita punya rekan kerja seperti ini dapat berdampak buruk pada reputasi profesional kita.
Mengapa?
Karena gosip itu timbul di lingkungan kerja, kita tidak mungkin bisa menghindari sepenuhnya. Jika kita terus menerus menghindar untuk berkumpul atau terlibat dalam perbincangan yang mengandung gosip, tentu rekan kerja lain akan melihat dengan pandangan aneh. Kita bisa dicap antisosial atau tidak bisa berbaur dengan rekan kerja sendiri. Repot kan?
Sealim-alimnya kita, senaif-naifnya kita di tempat kerja, pasti suatu saat pernah terlibat dalam gosip. Sekalipun bukan penyebar gosip pertama, ketika kita ikut terlibat dalam pembicaraan yang mengandung gosip, baik sengaja atau tidak, muncul fenomena psikologis yang namanya "inferensi sifat spontan", atau reaksi spontan mengambil kesimpulan logis dari apa yang sudah diketahui umum.
Orang-orang mulai menganggap kita sebagai penggosip. Ujungnya, mereka mulai mempertanyakan apa motif kita menyebar gosip atau menyimpulkan bahwa kita tidak dapat dipercaya.
Bagaimana Caranya Agar Kita Tidak Ikut Bergosip?
Dengan mengembangkan sikap asertif.
Menurut ilmu psikologi, ada empat karakter orang menurut pemikiran mereka soal kontrol. Pasif, agresif, pasif-agresif dan asertif.
Penggosip termasuk orang yang berkarakter pasif-agresif. Mereka ingin mengontrol orang lain tapi tak mau berterus terang. Mereka tak ingin dilihat sebagai sosok agresif dan berutang budi pada orang lain.