Dari awal Jokowi menjabat sebagai presiden sejak 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia mentok di kisaran angka 5 persen, tak pernah lebih. Padahal Jokowi pernah menjanjikan ekonomi Indonesia akan meroket hingga 7 persen.
Menanggapi catatan buruk ini, Jokowi mengajak masyarakat untuk mensyukuri pencapaian ekonomi sekaligus mengingatkan untuk tidak kufur nikmat.
"Marilah kita bandingkan dengan negara-negara lain terutama di G20, kita ini nomor 2 pertumbuhan kita. Alhamdullilah ini juga patut kita syukuri bahwa pertumbuhan ekonomi masih di atas 5%, 5,02%," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2020).
"Patut kita syukuri, yang lain-lain bukan turun, anjlok. Kalau tidak kita syukuri artinya kufur nikmat. Mempertahankan posisi seperti itu saja sulit sekali," tuturnya.
Baca juga: [Kusambut Ramadan 1442 Hijriah]: Hindari Kufur Nikmat agar Karunia Makin Lekat
Ah, saya tidak meragukan pemahaman pak Jokowi tentang arti kufur nikmat. Tapi berhubung pernyataan beliau ditujukan pada masyarakat Indonesia, perlu kita tegaskan lagi apa yang dimaksud kufur nikmat itu.
Arti Kata Kufur
Pak Jokowi tentu sudah tahu bahwa kata "kufur" adalah bentuk lain dari kata "kafir" atau "kafara". Artinya awalnya adalah "menutupi".
Nah loh, mestinya pak Jokowi harus lebih berhati-hati menggunakan kata ini karena beberapa pembantu pak Jokowi sendiri alergi dengan kata "kafir". Bahkan beberapa waktu lalu sempat ada lontaran wacana untuk melarang penyebutan kata "kafir".
Dalam Al Quran, kata "kafir" dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 525 kali. Teks keagamaan menggunakan kata ini setidaknya untuk lima makna. Yang paling mudah dan paling sering dipahami umat Islam adalah: keluar dari agama.
Padahal tidak semua teks dalam Al Quran yang berisi kata "kafir" dalam berbagai bentuknya itu berarti "keluar dari agama (Islam)". Seperti firman Allah dalam Surah Al Hadid ayat 20 yang menggunakan kata "kuffar" (bentuk jamak dari kafir) untuk memaknai para petani yang "menutupi" benih dengan tanah.
Baca juga: Pesan Syukur dan Tidak Kufur Nikmat, Presiden Paham Kondisi Umat