Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kobe Bryant, Leila Janah, dan Nilai Sebuah Kebaikan

28 Januari 2020   23:18 Diperbarui: 28 Januari 2020   23:16 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leila Janah, pendiri Samasource (sumber foto: samasource.com)

"Yang penting adalah mencoba dan menginspirasi banyak orang untuk menjadi yang terhebat dalam apapun yang ingin mereka lakukan."

Saya mengutip kata mutiara Kobe Bryant tersebut dari postingan sebuah perusahaan Asuransi. Kobe Bryant memang legenda. Di lapangan, dia adalah legenda dalam permainan basket. 

Di luar lapangan, Kobe Bryant adalah pujangga yang kata-kata mutiaranya menjadikan namanya abadi. Seperti kata bijaknya, Kobe menginspirasi banyak orang untuk menjadi yang terhebat.

Kobe Bryant selalu percaya bahwa kita masing-masing di Bumi ini bertanggung jawab atas bagaimana orang lain akan mengingat diri kita. Menurut Kobe, tanggung jawab ini penting dan memotivasi karirnya yang luar biasa sebagai pemain basket NBA.

"Itu satu-satunya hal yang bisa kamu kendalikan. Anda bertanggung jawab atas bagaimana orang-orang mengingat Anda - atau tidak. Jadi jangan anggap enteng. "

Selama masa hidupnya, Kobe Bryant juga selalu menjadi panutan bagi keunggulan dalam kehidupan sehari-hari dan selalu fokus pada apa yang bisa ia kendalikan.

"Ada pilihan yang harus kita buat sebagai orang, sebagai individu. Jika Anda ingin menjadi hebat dalam sesuatu, ada pilihan yang harus Anda buat. Kita semua bisa menjadi tuan di keterampilan kita, tetapi Anda harus membuat pilihan. Yang saya maksud dengan itu adalah, ada pengorbanan inheren yang menyertainya. Waktu keluarga, bergaul dengan teman-teman, menjadi teman baik, menjadi putra yang hebat, keponakan, apa pun masalahnya. Ada pengorbanan yang datang bersama dengan membuat keputusan itu. "

Menjadi yang hebat dalam keterampilan yang kita kuasai, siap berkorban untuk bisa mencapainya, serta menanamkan nilai kebaikan. Itulah yang dimaksud dari rangkaian kata mutiara Kobe Bryant.

Secara kebetulan, arti dari kata bijak Kobe ini saya temukan pada sosok perempuan bernama Leila Janah. Jika nama Kobe Bryant sudah dikenal jutaan orang, besar kemungkinan tidak banyak yang tahu nama Leila Janah.

Ada sedikit persamaan antara Kobe Bryant dan Leila Janah. Keduanya enterpreneur. Kobe enterpreneur olahraga, Leila Janah enterpreneur IT.

Keduanya juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dan keduanya meninggal dunia dalam dalam usia yang relatif masih muda. Kobe meninggal di usia 41 tahun, Leila Janah meninggal dunia di usia 37 tahun.

Yang lebi penting lagi, baik Kobe maupun Leila Janah memberi teladan akan arti dan nilai sebuah kebaikan.

Mengenal Leila Janah

Leila Janah adalah pendiri perusahaan Samasource. Terlahir sebagai anak imigran India yang datang ke Amerika Serikat tanpa membawa apa-apa, Leila Janah berkembang menjadi sosok pengusaha wanita yang sukses.

Masa kecilnya ia gambarkan sebagai pengalaman hidup yang sangat sulit, terutama terkait masalah finansial. Karena itu, sejak masa remaja Leila Janah sudah bekerja keras memberi les dan mengasuh anak di sela-sela waktu belajarnya.

Pada usia 17 tahun, Leila Janah mendapat beasiswa dari American Field Service. Leila berhasil meyakinkan AFS untuk membiarkannya mengajar di Ghana di mana dia menghabiskan waktu 6 bulan selama tahun SMA-nya.

Di Ghana, Janah mengajar bahasa Inggris kepada siswa-siswa muda di desa Akuapem, dan banyak dari mereka yang buta. Pengalaman inilah yang memicu hasrat Janah untuk bekerja dan mengabdi di tanah Afrika.

Selepas SMA, Janah kuliah di Universitas Harvard dan lulus pada 2005 dengan gelar di Studi Pembangunan Afrika. Di antara masa kuliahnya itu, Janah melakukan kerja lapangan di Mozambik, Senegal dan Rwanda. Janah juga sering konsultasi serta menulis makalah untuk Kelompok Penelitian Pengembangan Bank Dunia dan organisasi Ashoka tentang hak-hak sosial dan ekonomi.

Pekerjaan pertamanya setelah lulus kuliah adalah mengelola call center di Mumbai.Saat berbincang dengan salah satu karyawan, Janah bercerita bahwa ia bepergian dengan becak dari rumahnya di Dharavi, daerah kumuh terbesar di dunia, untuk bekerja setiap hari.

Saat itulah datang ide untuk mendirikan perusahaan nirlaba yang bisa mempekerjakan penduduk di kawasan kumuh.

"Saya pikir,' Bagaimana jika kita dapat menemukan call center di daerah kumuh? '" Kenangnya.

Janah lalu melepas pekerjaannya dan kembali ke Amerika Serikat. Di sana, Janah, bersama rekannya Steve yang ia kenal saat kerja lapangan di Afrika mendirikan perusahaan Samasource (saat itu disebut Market for Change).

Motivasi Janah didorong oleh keyakinan bahwa "Bakat didistribusikan secara merata, tetapi kesempatan tidak." Menurut pandangan Janah, orang miskin di negara-negara Afrika tidak hanya membutuhkan bantuan filantropi, mereka juga dapat menjadi sumber daya bagi perusahaan yang membutuhkan pekerjaan jarak jauh, terutama input data untuk pelatihan AI (Kecerdasan Buatan).

Pada 2009, Samasource terpilih untuk mendapat bantuan dari FacebookFund (fbFund) senilai $ 10 juta. Bantuan ini  membantu Janah untuk mengembangkan ide-idenya lebih lanjut melalui bimbingan dengan para investor.

Keterampilan dan Jenis Pekerjaan yang Ditawarkan Samasource

Sesuai dengan nilai kebaikan yang menjadi motivasi Janah, Samasource mempekerjakan orang-orang di daerah-daerah dengan sedikit peluang, melatih mereka dalam input data AI dan tugas komputer lainnya. Setelah terlatih, Samasource lalu menawarkan layanan mereka ke daftar perusahaan global yang mencakup Google, Microsoft, dan Walmart dan banyak perusahaan teknologi tinggi lainnya.

Jenis pekerjaan yang dilatih dan kemudian ditawarkan bervariasi, tergantung pada kebutuhan klien. Getty Images, salah satu agen foto stok terbesar di dunia, bergantung pada karyawan Samasource untuk menandai foto yang tidak dapat diidentifikasi oleh sistem otomatis perusahaan karena gambar yang kabur atau masalah lainnya.

Gambar yang memerlukan tag manual diunduh ke Samahub - sistem perangkat lunak milik Samasource - dan dikirim ke situs kerja di Ghana utara, misalnya. Karyawan di sana kemudian meneliti dan memberi tag pada gambar. Setelah tes jaminan kualitas, foto-foto tersebut dikirim kembali ke Getty Images.

Selain melatih dan menyalurkan jasa pekerjaan karyawannya, Samasource juga menyediakan sejumlah program dampak untuk memastikan para pekerjanya maju dalam karir mereka dan mempelajari keterampilan hidup. Program-program ini mencakup pendidikan kesehatan dan kesejahteraan, pengembangan keterampilan profesional, program beasiswa untuk membantu melanjutkan biaya pendidikan, dan GiveWork Challenge --- sebuah program untuk menyediakan pinjaman mikro dan bimbingan bagi para wirausahawan yang bercita-cita tinggi.

Saat ini, tim pelatih dan pekerja Samasource dikenal pakar dalam anotasi dan validasi data gambar, video, dan sensor untuk algoritme pembelajaran mesin. Tak heran apabila di bulan November 2019, Samasource mengumumkan mereka telah mengumpulkan pendanaan Seri A senilai $ 14,8 juta. Saat ini upaya nirlaba Samasource didukung oleh kelompok-kelompok filantropis seperti The Rockefeller Foundation dan Ford Foundation.

Pada Kamis 23 Januari 2020, Leila Janah meninggal dunia karena komplikasi Epithelioid Sarcoma, sebuah penyakit kanker yang sangat langka yang dideritanya sejak April 2019. Kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi lebih dari 50.000 warga miskin Afrika yang ia angkat kehidupannya lewat Samasource.

Dalam salah satu catatannya, , Janah menulis dengan fasih tentang pentingnya "menanam kebunmu sendiri," yaitu bagaimana menemukan nilai kebaikan dan gairah untuk melakukan kebaikan.

"Jika Anda tidak menumpuk dengan nilai Anda sendiri, coba tebak? Segala sesuatu sebelum saat ini berakhir, dan segala sesuatu setelah momen ini belum tertulis dalam kisah besar hidup Anda, dan Anda adalah satu-satunya penulis dan penentu apa yang terjadi di kebun Anda. Tidak ada alasan; tidak akan ada kepahitan terhadap dunia yang tidak adil, karena di kebun Anda, hanya ada keindahan dan cahaya dan kebaikan, yang dipupuk oleh keputusan yang Anda pilih."

Mirip dengan kata mutiara Kobe Bryant bukan? Pilihan untuk menjadi hebat dan berbuat kebaikan ada di tangan kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun