Alasan untuk hasil ini mungkin karena keterlambatan munculnya gejala demam untuk penyakit menular seperti influenza atau SARS. Infeksi yang berhubungan dengan virus influenza dimulai beberapa jam sebelum timbulnya gejala, dan viremia (keberadaan virus dalam darah) dari penyakit demam berdarah dimulai satu hari sebelum timbulnya gejala demam.Â
Dengan kata lain, skrining demam bukanlah strategi yang sangat efektif dalam mendeteksi individu yang terinfeksi virus.
Karena itu, dalam sebuah makalah panduan yang dibuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control/CDC) untuk petugas bandar udara dan kesehatan masyarakat, mereka mencantumkan apa yang mereka lihat sebagai masalah dengan perangkat thermal scanner.Â
Termasuk diantaranya adalah biaya, kurangnya presisi, kebutuhan untuk kalibrasi dan pemeliharaan serta persyaratan pelatihan yang harus sering dilakukan. Menguji kemanjuran untuk menilai pemindai termal besar itu sulit karena banyaknya model yang tersedia.
Jika thermal scanner dianggap kurang efektif dalam menyaring orang yang benar-benar terkena virus, mengapa alat ini malah banyak digunakan pemerintah?
Thermal Scanner Sekedar Menimbulkan Efek Placebo
Dari sisi teknis, penggunaan thermal scanner difungsikan untuk mendeteksi dini orang yang terkena gejala terjangkit virus tertentu dilihat dari suhu tubuhnya.Â
Dengan menyingkirkan suspect, setidaknya pemerintah sudah berusaha meminimalisir terjadinya penularan seandainya memang benar suspect tersebut terinfeksi virus.
Dari sisi psikologis, penyaringan demam seperti ini bisa menimbulkan efek placebo.Â
Menurut peneliti dari Institut de Veille Sanitaire, "Efek meyakinkan psikologis pada publik dapat memengaruhi keputusan untuk menerapkan penyaringan semacam itu, seperti yang terjadi di Singapura dan Kanada. Para pembuat kebijakan mungkin merasakan tekanan untuk menggunakan (termometer inframerah non-kontak)."
Maksudnya, ada tekanan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah sudah mengambil tindakan preventif, yakni dengan memasang thermal scanner di bandara dan pintu masuk lain. Sekalipun secara ilmiah alat semacam ini tidak efektif untuk mendeteksi individu yang terinfeksi.
"Tetapi negara-negara ini juga mengakui bahwa publik dapat kehilangan kepercayaan terhadap tindakan ini jika kasus yang tidak terdeteksi telah memasuki negara dan menghasilkan kasus sekunder," tegas studi yang sama dari Institut de Veille Sanitaire.