Baca juga : Peran Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Akhlak Mulia pada Manusia
Kalau memang pengurus masjid masih dihinggapi rasa takut yang demikian, maka jangan sebut masjdi yang dikelolanya itu sebagai rumah Allah!
Allah itu Maha Besar, Maha Kaya, Maha Mengetahui, Maha Segalanya. Rumah-Nya tak perlu dijaga, apalagi sampai dikunci segala. Serahkan saja urusan keamanan masjid itu di tangan Allah.
Lagipula, malu rasanya bila kita menutup pintu rumah Allah, sementara Allah sendiri tak pernah menutup pintu ampunan-Nya untuk kita setiap waktu.
Contoh lain dari masjid yang seperti menjadi milik pribadi adalah adanya larangan untuk tidur di dalam masjid. Hampir di setiap masjid selalu tertera penguman yang ditulis dengan huruf besar, "Dilarang Tidur di Masjid."
Memangnya kenapa kalau ada orang yang tidur di masjid? Bukankah mereka tidak mengganggu jamaah masjid yang lain?
Padahal, mungkin saja orang yang tidur itu adalah musafir yang sama sekali tidak punya uang untuk menginap di hotel/penginapan. Dan hanya di masjid lah mereka bisa beristirahat melepaskan kepenatan.
Baca juga : Rekonstruksi Materi Pendidikan Antikorupsi dengan Hukum Islam di Indonesia
Contoh lain lagi tentang masjid yang seolah menjadi milik pribadi adalah adanya peringatan seperti ini, "Selain jamaah masjid dilarang menggunakan toilet" Â atau "Toilet Bukan Untuk Mandi'.
Aduh, mengapa sih begitu perhitungan banget dengan umat Islam sendiri? Seandainya ada musafir wanita yang lagi berhalangan, lalu ia hendak menggunakan toilet, apakah ia tidak boleh menggunakannya? Seandainya ada musafir yang usai perjalanan jauh ingin membersihkan diri, apakah ia tidak boleh mandi?
Masih banyak contoh lain yang kerap kita temui yang bisa menegaskan bahwa masjid sekarang ini bukan lagi Rumah Allah. Melainkan gudang atau rumah ibadah milik pribadi atau segolongan orang tertentu saja.