"Kalau ketahuan gimana?" tanyaku begitu mendengar ide "gila" yang dilontarkan Ulik, teman satu kontrakan.
"Ah, cuek saja," jawab Ulik santai.
Saat itu Ulik, dan beberapa teman satu kontrakan melontarkan ide gila. Mereka berencana mendatangi resepsi pernikahan yang digelar di gedung serbaguna kampus malam nanti. Saat melintasi Samantha, sebutan untuk gedung serbaguna kampus, kami bertiga melihat ada janur kuning melengkung, tanda bakal ada resepsi pernikahan.
Yang jadi masalah adalah tidak ada satupun dari teman-teman itu mendapat undangan pernikahan, atau kenal dengan mempelai atau keluarga mempelai.
"Gak bakal ketahuan Mam, santai saja. Aku jamin 100 persen," kata Tommy.
"Bagaimana ceritanya kita datang tanpa undangan tapi tidak akan ketahuan? Terus kalau pas waktunya salaman sama mempelai, apa kita tidak ikut menyalami?" tanyaku masih tidak yakin.
"Kamu kayak gak pernah datang ke resepsi saja, Mam. Tamu resepsi itu tidak pernah ditanya undangannya mana. Gak kayak di bioskop yang selalu diperiksa tiketnya.Â
Lagipula, kalau nanti harus bersalaman dengan mempelai, mereka juga gak bakal tanya-tanya. Paling-paling si mempelai pria akan berpikir, '"Ini mungkin teman istriku"' dan si mempelai perempuan akan berpikir yang sama, "'Ini mungkin teman suamiku"'. Begitu lho, " jelas Ulik.
Benar juga sih. Tak mungkin para tamu ditanya undangannya mana, kecuali itu resepsi pernikahannya anak pejabat penting atau konglomerat yang semua tamunya VVIP. Dan mempelai atau keluarganya juga tidak akan kenal satu per satu dengan tamu-tamu yang datang.
"Terus kita di sana ngapain?"
"Ya makan-makan lah. Kan itu tujuan utama kita menyusup ke kondangan," jawab Ulik sambil nyengir.