Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Anggaplah Banjir Awal Tahun 2020 Ini sebagai Berkah

2 Januari 2020   23:25 Diperbarui: 2 Januari 2020   23:28 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memang, bencana banjir mendatangkan kerugian materi bagi mereka yang terkena dan terdampak. Rumah, perabot, kendaraan hingga jiwa manusia menjadi korban. Namun, kalau kita menganggap di setiap musibah selalu ada berkah, maka musibah banjir itu pun ada berkahnya.

Bukan dari sisi materi, melainkan dari sisi ruhani/spiritual. Apa saja berkah dari banjir?

Yang pertama, banjir mendekatkan diri kita pada Yang Maha Kuasa. Benar tidak?

Sudah menjadi naluri alami dari manusia bahwa kita sering (mendadak) ingat pada Tuhan saat sedang kesusahan. Begitu pula saat bencana banjir menerjang, yang kita ingat dan ingin kita dekat tidak lain adalah Tuhan.

Coba kalau kita terus menerus diberi kenikmatan dan kenyamanan. Tidak ada cuaca ekstrem yang mengakibatkan kemarau panjang atau hujan deras yang mendatangkan banjir bandang, akankah kita sering ingat dan ingin dekat dengan Tuhan? Dalam bahasa Islam, kenikmatan yang membuat kita lalai terhadap-Nya pada hakekatnya adalah ujian atau disebut 'Istidraj'.

Yang kedua, banjir bagi sebagian orang mendatangkan kebahagiaan. Lihatlah raut muka anak-anak yang bermain air di tempat-tempat yang terkena banjir. Apakah wajah mereka sedih atau gembira?

"Rasa bahagia" karena bencana banjir ini juga hinggap di hati sebagian orang dewasa. Bagi jurnalis, mereka "bahagia" karena mendapat materi berita. Bagi kritikus, mereka "bahagia" karena ada kesempatan dan bahan untuk mengkritik -- atau lebih tepatnya saya katakan membully- pemerintah setempat.

Berkah ketiga dari banjir awal tahun ini adalah meningkatnya rasa empati dan simpati. Di media sosial, saya sempat melihat ada foto-foto petugas dan relawan yang tengah menyelamatkan kucing dan binatang peliharaan lainnya.

Empati dan simpati kita ternyata tidak hanya ditujukan pada sesama manusia saja, melainkan juga pada makhluk hidup lainnya. Bukankah ini sebuah nilai kebaikan? Kalau bukan lantaran banjir, akankah kita peduli dengan nasib kucing-kucing liar?

Berkah yang keempat adalah timbulnya rasa tepa salira, setia kawan, tenggang rasa dan toleransi tanpa memandang suku, agama, ras dan antar golongan. Tanpa bermaksud menonjolkan, lihatlah aksi anggota Front Pembela Islam yang menolong siapa saja, termasuk warga Tionghoa saat banjir menerjang perumahan mereka. Tengok pula kerjasama warga yang saling bahu membahu membersihkan gorong-gorong agar air tidak meluap ke jalan.

Berkah yang kelima, dan menurut saya yang utama, banjir ini juga menyadarkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan dan peduli pada perubahan iklim global. Jika banjir ini tidak didatangkan oleh Tuhan, akankah kita masih ingat dan peduli terhadap lingkungan kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun