Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengucapkan Selamat atas Kelahiran Isa Almasih Tidak pada Saat Natal Saja

24 Desember 2019   07:09 Diperbarui: 24 Desember 2019   21:27 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum, tahun Masehi (disebut pula tahun Miladi/Miladiyah) dianggap sebagai titik awal tahun kelahiran Isa Almasih. Sebagian besar umat Nasrani juga menganggap tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Isa Almasih, meskipun sebagian orang meragukan penetapan tanggal ini dengan berbagai dalih dan alasan.

Perbedaan pendapat mengenai tanggal lahir Isa Almasih selalu ramai dibahas setiap menjelang peringatan Hari Natal yang dirayakan umat Nasrani. Sebagaimana masyarakat kita selalu ramai membahas perbedaan pendapat mengenai boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal yang selalu dikaitkan dengan sikap toleransi antar umat beragama.

Dalam hal kehidupan sosial bermasyarakat, kita tentu sepakat untuk tetap dan senantiasa memelihara kerukunan umat beragama. Namun perlu diingat pula bahwa semua pakar dari berbagai agama juga sepakat kalau kerukunan umat beragama itu tidak boleh mengaburkan apalagi mengorbankan akidah setiap umat.

Akidah adalah pondasi ajaran agama, yang harus dipahami dan diyakini. Karena itulah Islam melarang umatnya menghadiri upacara dan ritual keagamaan non Muslim, seperti perayaan Natal.

Bagaimana bila mengucapkan selamat Natal?

Sebagai muslim, saya tidak meragukan kelahiran Isa Almasih, kenaikan, wafat dan kebangkitan beliau kelak. Karena Al Quran sendiri menceritakan kelahiran Isa Almasih a.s yang  kisahnya ditutup dengan ucapan sang bayi agung yang baru lahir itu:

Dan salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (Q.S Maryam: 33).

Ayat tersebut menurut Quraish Shihab bisa dimaknai sebagai ucapan selamat pertama dari dan untuk Nabi Suci itu yang dibaca setiap saat oleh kaum Muslim.

Umat Islam percaya kepada Nabi Isa a.s sebagaimana mereka percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Keduanya adalah hamba dan utusan Allah. Kepada mereka berdua kaum muslim selalu memohonkan curahan shalawat dan salam sebagaimana kaum muslim mohonkan pula untuk seluruh nabi dan rasul Allah.

Umat Islam percaya seluruh nabi dan rasul itu datang membawa ajaran Ilahi meskipun dengan perincian ajaran dan ciri yang berbeda.

Terkait dengan ucapan selamat Natal yang diartikan sebagai selamat atas kelahiran Isa Almasih, umat Islam yang membaca Al Quran pasti pernah mengucapkannya ketika mereka membaca surah Maryam ayat 33.

Namun, sebelum mengucapkan selamat, setiap muslim juga harus mengingat bahwa Al Quran menegaskan Isa Almasih adalah hamba Allah:

Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi (Q.S Maryam: 30).

Selain dijadikan Nabi, Isa Almasih juga diperintahkan shalat, zakat, mengabdi kepada ibu, tidak bersikap congkak, dan tidak pula celaka (Q.S Maryam :30-32). Ajaran Isa Almasih ini kemudian ditutup dengan ucapannya dengan berkata kepada umatnya:

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus (Q.S Maryam: 36).

Karena itu, berdasarkan ayat-ayat dalam Surah Maryam tersebut, sesungguhnya tidak ada keraguan sedikit pun di hati seorang muslim untuk mengucapkan selamat (salam sejahtera) atas kelahiran Isa Almasih.

Ucapan selamat ini pun tidak hanya meluncur dari bibir saat menjelang perayaan Natal milik umat Nasrani saja, melainkan setiap kali umat Islam membaca Al Quran hingga sampai pada Surah Maryam yang di dalamnya terkandung ayat ucapan selamat tersebut.

Ucapan "Selamat Natal" ala Al Quran hakekatnya juga tidak diucapkan hanya untuk menunjukkan sikap toleransi kepada umat Nasrani. Karena toleransi tidak dimaknai secara dangkal dengan sekedar ikut mengucapkan selamat pada setiap hari raya/peringatan keagamaan.

Lebih jauh, toleransi itu berarti menuntut setiap pihak bersikap hormat atas perbedaan, berdasarkan prinsip bahwa semua memiliki peluang yang setara untuk mengekspresikan diri dan berkiprah sesuai dengan keyakinannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun