Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mitos Kompasianer of The Year yang Perlu Dipatahkan

30 November 2019   21:30 Diperbarui: 30 November 2019   21:37 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menulis topik ini bukan bermaksud mendiskreditkan teman dan sahabat Kompasianer. Cuma penasaran saja, dan semoga rasa penasaran itu bisa terjawab dengan memuaskan.

Menurut penerawanganku, ada penurunan kuantitas tulisan dari teman-teman yang sudah meraih penghargaan Kompasianer of The Year atau penghargaan Kompasiana Awards kategori lainnya. Pola ini sudah lama kuamati, sejak tahun 2016.

Perlahan, teman-teman Kompasianer yang sudah meraih penghargaan itu semakin jarang menulis. Dengan alasan tak enak hati dan demi menjaga perasaan, aku tak bisa menyebut nama mereka satu per satu.

Aku maklum dan sadar, mereka mungkin punya kesibukan lain yang lebih penting dari sekedar menulis di Kompasiana. Apalagi sejak portofolio mereka bertambah: Kompasianer of The Year, Best in titik-titik, dan lain sebagainya.

Dari yang semula biasa menulis setiap hari, jadi berkurang seminggu sekali. Malah ada yang sampai sekarang belum kelihatan jejak digitalnya.

Atau mungkin aku salah terka karena kurang membaca? Mungkin artikel-artikel mereka terlewat dari pandangan mataku? Atau mungkin mereka banyak menulis di tempat lain karena merasa lebih nyaman di sana?

Entahlah. Tapi apa yang kurasakan ini juga dirasakan beberapa teman Kompasianer yang lain. Ketika aku datang ke Kompasianival 2019 di One Belpark beberapa hari yang lalu, seorang teman bicara, "Yang dapat penghargaan pasti akan punya beban sendiri."

"Beban apa?" tanyaku tidak mengerti.

"Yah, setidaknya beban untuk rajin menulis."

"Kok malah jadi beban? Kita kan bebas saja mau nulis apa nggak," sanggahku.

"Iya, tapi setidaknya dengan penghargaan itu, mereka akan disorot Kompasianer lain. Keberadaan mereka di Kompasiana pasti juga jadi pusat perhatian.

Dengan meraih penghargaan, mereka mau tidak mau sudah menjadi role model bagi penulis lainnya. Dengan meraih penghargaan itu mereka harus bisa membuktikan bahwa mereka memang layak menerimanya. Dan pembuktian itu bisa didapat dari meningkatnya intensitas dan kualitas tulisan mereka di Kompasiana."

Ada benarnya juga apa yang dikatakan temanku itu. Menulis di Kompasiana memang bukan keharusan. Tapi ketika kita sudah memperoleh nama baik karena meraih suatu penghargaan, itu memang bisa menjadi beban tersendiri.

Seperti yang dikatakan temanku tadi, dengan penghargaan itu kita dijadikan panutan. Kalau yang jadi panutan saja semakin jarang menulis, lalu dari mana kita bisa mencontoh dan meneladaninya?

Apakah itu berarti aku lebih mengharap kuantitas daripada kualitas tulisan? Bisa saja kan intensitas menulis mereka berkurang karena mementingkan kualitas artikelnya?

Ya, mungkin bisa seperti itu. Tapi, entahlah. Hanya saja aku merasa penghargaan Kompasiana Awards itu seperti puncak Himalaya. Ketika seseorang sudah bisa menaklukkan puncak tertinggi, tantangannya seolah sudah tidak ada lagi.

Benarkah apa yang kurasakan? Atau ini hanya mitos yang perlu dipatahkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun