Jika latihan memanah dan berkuda itu tidak berguna dan identik dengan jaman batu, tentunya Dewan Olimpiade Internasional (IOC) akan mencoret cabang olahraga Panahan dan Berkuda.
Pernyataan ini saya kemukakan sebagai tanggapan atas pernyataan Kapolda Sumatera Utara Irjen Agus Arianto. Pasca peristiwa pengeboman di Polresta Medan, Agus Arianto menyindir latihan memanah dan berkuda yang dilakukan 23 tersangka teroris di Tanah Karo, Sumatera Utara.
"Tolonglah yang sekolah latihan naik kuda, latihan memanah, untuk apa sih? Sekarang ini waktunya kita berinovasi kreatif karena ke depan akan berhadapan dengan persaingan global, tentunya dibutuhkan SDM untuk menghadapi zamannya," kata Agus.
Agus menyebut di era teknologi seperti saat ini, seharusnya masyarakat fokus mengembangkan diri di bidang yang lebih relevan. Dengan tidak mengikuti perkembangan zaman, menurutnya seseorang justru ingkar pada takdir.
"Jangan dibalikkan ke zaman batu. Ini zaman enggak bisa berhenti, teknologi berkembang setiap saat, kemajuan bisa berubah berkembang per hari (sementara) kita kembali ke zaman batu. Berarti kita ingkar pada takdir sementara kemajuan sudah seperti ini," urai Agus.
Terlepas dari fakta bahwa kelompok tersangka pengeboman berlatih memanah dan berkuda, tidak sepantasnya Kapolda Sumut mengeluarkan pernyataan seperti itu. Apa kaitannya latihan berkuda dan memanah dengan terorisme?
Terlebih lagi, pernyataan Kapolda Sumut juga sangat jauh melenceng dari fakta tentang aktivitas berkuda dan memanah. Apa benar berkuda dan memanah itu tidak berguna? Apa benar dua aktivitas ini adalah jenis kegiatan dari jaman batu yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan teknologi terkini?
Saya tidak akan membahasnya dari sisi keagamaan karena khawatirnya malah melenceng dan keluar jalur. Seperti yang dipertanyakan Kapolda Sumut, saya akan membahas latihan memanah dari sisi manfaatnya, terutama bagi kesehatan.
Oh iya, sebelumnya saya cuma ingin mengingatkan, karena latihan memanah, nama bangsa kita pernah harum di ajang Olimpiade berkat kekuatan tarikan tali busur dan ketepatan membidikkan anak panah yang dilakukan kontingen Indonesia Nurfitriyana Saiman Lantang, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani, yang berhasil meraih medali perak pada Olimpiade Seoul 1988. Ini adalah medali pertama yang diperoleh kontingen Indonesia di ajang olimpiade.
Sekarang, kita akan membahas manfaat kesehatannya.
Meskipun memanah sering dianggap sebagai olahraga stasioner atau jenis olahraga yang tidak memerlukan pergerakan tempat berpindah (statis), tapi dalam aktivitas memanah, terutama jika dikompetisikan, membutuhkan sejumlah besar kekuatan, daya tahan, dan fokus untuk tampil baik.