Mendengarkan adalah keterampilan alami manusia, tapi paling sulit kita lakukan. Ini karena kebanyakan kita lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Hasrat untuk menjadi bintang dan diperhatikan dalam sebuah pertemuan atau forum membuat kita enggan untuk mendengarkan pembicaraan orang lain, dan ingin agar orang lain lah yang mendengarkan kita.
Pada dasarnya, keharmonisan hubungan antar manusia ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Dengan mencurahkan perhatian pada setiap ucapan orang lain, secara langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati.
Kalau kita bernafsu untuk banyak berbicara, dikhawatirkan pembicaraan kita tidak sesuai konteks alias tidak nyambung. Artinya apa, kita harus memikirkan bahwa apapun yang kita bicarakan, keluar dari bibir kita, harus sesuatu yang memberi dampak positif yang signifikan bagi lawan bicara kita.
Tips Menjadi Pendengar yang Baik
Untuk bisa mendengar dengan baik, kita harus memastikan diri berada dalam kondisi yang betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tataplah wajah orang yang sedang menyampaikan pendapatnya tersebut. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi setiap kata yang ia keluarkan.
Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan kita memberi tanggapan yang tepat setelah ia mengemukakan buah pikirannya.
Makna diam dalam nasihat ini bukan berarti kita harus selamanya diam dan hanya menjadi pendengar saja. Namun, maksud dari berdiam di sini adalah dengan berdiam dan mendengarkan kita bisa mencari celah yang tepat kapan mulai berbicara setelah cukup lama diam karena mendengarkan secara aktif. Artinya, semakin banyak kita belajar diam maka semakin bagus kita memahami konteks pembicaraan dengan mendengarkan aktif.
Pandai Mengambil Keputusan dengan Banyak Berpikir
Setelah berdiam dan mendengarkan dengan aktif, baru kita bisa masuk dalam nasihat yang kedua: "Milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan banyak berpikir."
Dengan berdiam dan mendengarkan, kita bisa menangkap apa inti atau maksud dari setiap pembicaraan orang. Setelah mendengarkan secara aktif, kewajiban kita adalah berpikir keras mengenai apa yang perlu kita sikapi lebih lanjut.
Misalnya, apakah ada yang salah atau kurang tepat dari pembicaraan tersebut sehingga kita bisa mengkritik dan membenarkannya dengan tepat. Mungkin pula ada informasi yang terlewatkan sehingga kita bisa menambahkan. Atau bentuk keputusan lain terkait dengan pembicaraan yang sedang berlangsung.
Jadi, inti dari nasihat Imam Syafi'i tersebut adalah kepandaian berbicara tidak ditentukan oleh banyaknya kalimat demi kalimat yang kita sampaikan. Kepandaian berbicara yang dimaksud adalah bagaimana kita bisa memberi dampak positif dari setiap tutur kata yang kita sampaikan bagi lawan bicara atau orang-orang yang mendengarkan.
Begitu pula dalam hal mengambil keputusan. Dengan berdiam diri, mendengarkan secara aktif lalu berpikir sesuai dengan apa yang sudah kita dapatkan dari hasil berdiam dan mendengarkan itu, maka kita bisa mengambil keputusan yang tepat, yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat.