Alasan utama yang kedua adalah di Kompasiana saya bisa menulis tema apapun. Kalau menulis di blog pribadi, saya harus menyesuaikan dengan niche yang sudah terlanjur saya bangun.
Blognya bertema wisata, ya seterusnya artikel di situ tentang wisata pula. Karena konon kata beberapa teman yang sudah master di bidang SEO, sekali artikel kita melenceng dari niche yang sudah kita bangun, ini akan mengubah persepsi audiens atau pengunjung blog. Jadinya, lalu lintas kunjungan bisa menurun.
Tak hanya isi artikel, untuk membuat judul pun kadang saya harus memperhatikan penempatan kata kunci supaya artikel di blog pribadi bisa SEO Friendly. Hal ini tidak berlaku di Kompasiana.
Judul artikelnya bisa saya buat sesuka hati, selama tidak menyalahi aturan yang berlaku. Bahkan dengan judul sesukanya itu, artikel di Kompasiana tetap bisa terindeks dengan baik.
Karena itu, untuk melampiaskan hasrat menulis yang tak kunjung padam, Kompasiana lah yang sering jadi media pelampiasan. Di sini saya bisa menulis beragam tema yang saya sukai dengan beragam gaya penulisan dan bahasanya.
Di samping itu, saya sering menjadikan Kompasiana sebagai bahan eksperimen. Saya senang menguji apakah dengan menulis artikel memakai gaya tertentu bisa mendapat respon yang baik atau tidak.
Apakah dengan membuat judul yang kontroversial bisa mendapat banyak pembaca atau tidak. Apakah tema yang evergreen masih bisa mendapat tempat di hati pembaca Kompasiana atau mereka lebih menyukai tema-tema politik yang up to date.
Blog Competition dan K-Rewards
Dua alasan utama inilah yang membuat saya betah dan sering menulis di Kompasiana. Meskipun tak dapat dipungkiri, tiga alasan lainnya juga masih menjadi motivasi kuat: Personal Branding, Reward dan Blog Competition.
Khusus tentang K-Rewards bulanan ini, siapa sih yang gak tertarik dengannya? Meskipun nanti uangnya di donasikan, tetap saja itu bisa memotivasi kita untuk terus menulis di Kompasiana bukan?
Ketika program loyalitas ini dikeluarkan, saya dulu pernah "mati-matian" berusaha mendapatkan reward terbesar. Tiap hari menulis dengan harapan semakin banyak yang membaca dan semakin besar reward yang didapatkan.
Tapi pada akhirnya saya sadar, bahwa -- mengutip istilah dari seorang teman - "Pekerjaan boleh di-copy, tapi rejeki tidak bisa di-paste."