"Bagaimana kabarnya Zafran sekarang Bunda Iis?" tanya pembawa acara pada Bu Iis, ibunda Zafran.
Bu Iis tidak menjawab. Matanya terlihat berkaca-kaca. Pembawa acara kemudian mempersilahkan Bu Iis untuk duduk di tempat duduk di atas panggung. Setelah bersusah payah menahan air mata yang hendak jatuh, barulah Bu Iis bisa menceritakan keadaan Zafran, putra kandungnya yang menderita Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
"Alhamdulillah Zafran keadaannya sehat. Saya mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga untuk tim dokter yang selama ini sudah membantu Zafran, hingga sekarang Zafran berusia 4 tahun. Saya masih ingat, saat lahir prematur dulu Zafran sempat divonis gagal janin. Detak jantungnya tidak bisa terdeteksi. Tapi saya tidak mau menyerah, saya minta tim dokter untuk memeriksanya kembali. Alhamdulillah, atas pertolongan para dokter dan kehendak Allah, Zafran lahir dengan selamat, meski selama hidupnya dia harus menderita Penyakit Jantung Bawaan. Bagi saya, Zafran adalah titipan istimewa dari Allah. Titipan yang harus kami jaga sebaik-baiknya. Titipan berharga yang memberi pelajaran bagi kami untuk bisa bersabar dan bersyukur."
Testimoni dari Bu Iis dan Bu Mirna, orangtua Akeyla (2 tahun) yang juga menderita Penyakit Jantung Bawaan membuka acara Bicara Gizi yang diselenggarakan Nutricia Sarihusada --sebagai bagian dari Danone Specialized Nutrition - di Hotel Savana Kota Malang pada Sabtu (19/10) kemarin.Â
ara orangtua dari Komunitas Pejuang Jantung (PJB), blogger serta perwakilan media menyimak dengan penuh rasa haru atas testimoni yang disampaikan Bu Iis dan Bu Mirna.
Menurut data IDAI (2014), angka kejadian PJB di Indonesia diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup, yaitu sekitar 7 -- 8 diantara 1000 kelahiran setiap tahunnya.
"Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik, resiko pasien tidak terselamatkan mencapai 50% pada bulan pertama kehidupan. Selain itu, salah satu permasalahan utama anak dengan PJB adalah tingkat status gizi yang buruk.
Untuk mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan malnutrisi pada anak dengan PJB, diperlukan deteksi dini dan pemberian nutrisi yang intensif sesuai pengawasan dokter." jelas Konsultan Kardiologi Anak Dr. Dyahris Koentartiwi, SpA(K) yang menjadi pembicara dalam acara tersebut.
Jantung yang normal memiliki katup, arteri, dan ruang yang membawa darah dalam pola peredaran darah: tubuh-jantung-paru-jantung-jantung-tubuh. Ketika semua bilik dan katup bekerja dengan benar, darah dipompa melalui jantung, ke paru-paru untuk oksigen, kembali ke jantung dan keluar ke tubuh untuk pengiriman oksigen. Ketika katup, bilik, arteri, dan vena mengalami malformasi (kelainan pembentukan), pola sirkulasi ini dapat terganggu[1].
Penyakit Jantung Bawaan adalah cacat struktural yang timbul dari pembentukan jantung dan pembuluh darah besar yang abnormal akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Â
Berdasarkan letak dan tingkat keparahannya, lebih dari 34 jenis PJB telah teridentifikasi dan kebanyakan menghambat aliran darah pada jantung dan pembuluh darah sekitarnya atau dapat menyebabkan aliran darah yang abnormal dari atau ke jantung. Salah satu penyebab utama terjadinya Penyakit Jantung Bawaan adalah masalah malnutrisi pada masa 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran, yakni masa pembentukan janin hingga anak berusia dua tahun).
Tanda-tanda awal seorang anak menderita PJB bisa diketahui dari ritme nafasnya yang pendek atau nafas cepat, susah makan, keringat berlebihan saat makan, atau dari keadaan sianosis (kulit, bibir dan kuku berwarna kebiruan). Bila seorang anak terdeteksi menderita PJB, pola makan pada anak harus memerlukan tatalaksana nutrisi yang khusus.
"Anak dengan penyakit jantung bawaan memerlukan asupan nutrisi yang intensif dan makanan tinggi kalori untuk memberikan optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hidup yang lebih pada anak. Hal tersebut meliputi pemantauan dengan melakukan diagnosis status gizi dan masalah nutrisi; menentukan kebutuhan kalori, protein, jumlah cairan; menentukan rute pemberian nutrisi; jenis makanan; serta monitoring keberhasilan.
Dengan pendekatan tersebut, anak dengan PJB diharapkan dapat terhindar dari kondisi serius seperti malnutrisi dan stunting yang dapat memperburuk kesehatannya.", ujar Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak Dr. Anik Puryanti, SpA(K).
Pola pemberian nutrisi pada anak dengan PJB tidak bisa disamakan dengan anak-anak yang terlahir normal. Anak-anak yang dilahirkan dengan kelainan jantung bawaan kesulitan makan karena mereka susah menghisap, menelan, cepat lelah saat makan.
Kondisi ini menyebabkan anak dengan PJB menerima asupan gizi yang tidak adekuat dan kesehatan yang tidak optimal. Pada akhirnya kesehatan mereka selalu tergantung pada bantuan medis di Rumah Sakit.
Untuk itulah para orangtua harus memahami pentingnya masalah nutrisi pada masa 1000 HPK agar anak-anak mereka bisa terlahir dengan kesehatan yang normal. Apabila pada anak-anak terdeteksi tanda-tanda PJB, orangtua juga harus sigap menyiapkan tatalaksana nutrisi yang khusus agar anak mereka bisa tetap terjaga asupan gizi tubuhnya dengan sempurna.
Melalui program Bicara Gizi ini, Danone Specialized Nutrition melalui Nutricia Sarihusada mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan memahami pentingnya nutrisi di masa-masa penting kehidupan.
Selain itu, program edukasi yang diselenggarakan Danone ini juga ingin mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kepedulian nutrisi bangsa.
"Kami berharap kegiatan Bicara Gizi di Kota Malang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta mendorong penanganan nutrisi yang tepat bagi anak dengan Penyakit Jantung Bawaan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal," jelas Arif Mujahidin, Direktur Komunikasi Danone Indonesia.
Benar yang dikatakan Bu Iis serta Bu Mirna. Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan adalah titipan yang istimewa dari Sang Pencipta. Karena itu, asupan gizi mereka juga harus diperlakukan secara istimewa pula agar mereka tetap bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
Catatan kaki:
1. Common Types of Heart Defect. heart.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H