Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Tengah Merajut Benang Rapuh Persatuan Bangsa

16 Oktober 2019   08:04 Diperbarui: 16 Oktober 2019   08:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam politik, selalu berlaku dua adagium; "Tak ada makan siang yang gratis" dan "Tidak ada musuh abadi, yang ada adalah kepentingan sesaat". Apa yang tengah dilakukan Prabowo dalam pandangan pendukungnya memenuhi dua adagium tersebut.

Prabowo tampaknya telah mendapat peran baru. Dia menjadi semacam mediator mempertemukan kepentingan Megawati sebagai ketua parpol "pemegang saham mayoritas pemerintah", dengan para partner pemegang saham lainnya.

Safari politik itu juga sekaligus menjadi semacam pemberitahuan resmi kepada partai-partai pendukung pemerintah. Bahwa saat ini dia yang mengendalikan permainan.

Prabowo tidak berkhianat, dia justru tengah merajut benang rapuh persatuan bangsa

Sebagai orang yang pernah mendukung Prabowo-Sandi saat pilpres 2019 lalu, saya melihat dari sisi yang berbeda. Manuver dan safari politik yang dilakukan Prabowo menurut saya justru menunjukkan kapasitas Prabowo sebagai negarawan.

Alih-alih Megawati, Surya Paloh, SBY, Cak Imin, Airlangga Hertarto maupun ketua umum parpol lainnya bahkan Jokowi sendiri, semuanya tidak melakukan langkah yang sama dengan yang sedang dilakukan Prabowo; safari politik.

Mengapa justru Prabowo yang melakukannya? Mengapa justru pihak yang kalah yang berinisiatif menemui pemenang pemilu?

Dalam pandangan saya, Prabowo tengah merajut benang rapuh persatuan bangsa. Prabowo tengah berupaya menegakkan benang basah persatuan yang terkoyak selama kontestasi pilres dua periode.

Prabowo rela dihujat pendukungnya sendiri, dianggap berkhianat dan haus kekuasaan. Prabowo rela dianggap berjiwa kerdil dan ingkar janji.

Saya membayangkan, seandainya Prabowo konsisten bersikap oposisi terhadap pemerintah, 5 tahun ke depan kondisi kita masih sama. Terpecah belah dalam dua kubu yang saling bermusuhan; antara kecebong dan kampret.

Bukan tidak mungkin, dalam 5 tahun ke depan itu, apa yang dulu pernah dikatakan Prabowo bahwa Indonesia bisa bubar akan menjadi kenyataan. Apakah situasi ini yang kita inginkan?

Prabowo tahu bagaimana militansi pendukungnya. Jika dia bersikap keras terhadap pemerintah, tentu pendukungnya akan mengekor pula. Di sinilah jiwa besar Prabowo diuji dan bisa kita lihat sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun