Film Joker yang dibintangi Joaquin Phoenix mengangkat masalah yang penting bagi milyaran orang di seluruh dunia: Gangguan Kesehatan Mental. Tidak hanya deteksi dininya yang sering diabaikan, pelayanan kesehatan mental juga sering tidak memadai, terlebih di negara berkembang seperti Indonesia.
Stigma dan diskriminasi masyarakat pada penyandang disabilitas mental
Gangguan kesehatan mental memang sering tersembunyi dari pandangan orang awam. Pada umumnya, penderita gangguan kesehatan mental sering diasosiasikan dengan tunawisma yang berpakaian serampangan hingga hampir telanjang di jalan-jalan.
Masyarakat juga kerap memunculkan stigma negatif dan prasangka bahwa penderita gangguan kesehatan mental berperilaku membahayakan hingga dianggap kerasukan setan. Â
Akibat dari stereotip dan prasangka tersebut, penderita gangguan mental sering menerima perlakuan diskriminasi. Pemasungan, pengurungan dan pengucilan adalah model diskriminasi yang sering diterima penderita gangguan kesehatan mental.
Seorang tetangga saya di daerah Tenggilis, Surabaya mengalami diskriminasi semacam ini. Tetangga saya ini, ditempatkan di rumah yang sengaja dikosongkan untuk mengurung dan mengucilkannya.Â
Sampai pagar rumahnya ditinggikan dan dipasangi kawat berduri supaya tetangga saya ini tidak bisa melarikan diri. Untuk menyediakan makanan sehari-hari, keluarganya meletakkan piring makanan di luar pintu rumah. Sehari-hari, yang terdengar dari rumah itu adalah ocehan tak jelas dari penghuninya.
Apakah tidak ada upaya untuk membawanya ke rumah sakit jiwa? Saya sendiri kurang tahu. Tapi sudah bertahun-tahun tetangga saya ini menempati rumah kosong itu sendirian.
Stigma dan diskriminasi semacam ini membuat penyandang disabilitas mental dibatasi ruang hidupnya dan dikucilkan secara sosial. Perlakuan ini juga menghalangi penderita gangguan kesehatan mental dan keluarga mereka mencari pertolongan sejak dini dan karena itu juga mencegah mereka menerima perawatan dan perawatan yang tepat.Â
Laporan dari Human Right Watch sampai menggambarkan kehidupan penderita gangguan kesehatan mental di Indonesia itu seperti di neraka. Menurut laporan tersebut, Â setidaknya 57 ribu penyandang disabilitas mental berat dipasung di seluruh Indonesia.Â
Sementara laporan dari Kementerian Sosial pada 2017 menyebutkan 28,1% orang dengan penyakit mental masih dipasung atau terbelenggu di dalam atau sekitar rumah mereka.
Minimnya fasilitas dan layanan kesehatan mental di Indonesia
Salah satu penyebab masih tingginya angka penderita gangguan kesehatan mental di Indonesia adalah minimnya fasilitas perawatan. Dari segi kuantitas, fasilitas kesehatan mental di Indonesia sangat timpang.Â