"Apa sih enaknya kopi susu itu? Lha wong rasa kopinya saja gak ada. Ketutup sama rasa manis. Gak tau manis susu beneran apa kaleng-kalengan," keluh seorang teman pecinta kopi ketika saya membelikannya segelas kopi susu kekinian.
Bagi pecinta kopi murni, kopi susu seolah dianggap menyalahi kodrat minuman kopi sebenarnya. Sama seperti mereka mengganggap kopi itu harusnya digiling, bukan digunting alias kopi sachet.
"Di mana-mana kopi susu rasanya ya sama saja. Coba deh kamu beli kopi susu di kedai A. Kemudian bandingkan rasanya dengan kopi susu di kedai B. Sama nggak? Susu itu menodai kemurnian rasa kopi. Minum kopi pake gula saja sudah penghianatan terhadap rasa kopi, apalagi ditambahi susu," kata teman saya masih ngotot.
Saking ngototnya, saya menilai para pecinta kopi seperti ini sudah menimbulkan "diskriminasi sosial" tersendiri. Dalam pandangan pecinta kopi murni, kopi yang dicampur dengan segala macam rasa sampingan menempati kasta terendah. Mau kopi susu, kopi durian, atau kopi instan. Bahkan kadangkala jenis kopi robusta juga dimasukkan dalam kasta paling bawah.
Jika diibaratkan dalam tingkatan struktur sosial, kopi Robusta menempati kasta menengah ke bawah, sementara kopi Arabika adalah kelas elit dan eksklusif.Â
Jenis kopi Robusta sering diremehkan karena aroma coklat dan pahitnya yang terlalu kuat. Berbeda dengan jenis kopi Arabika yang lebih beraroma buah-buahan. Dan jika cara penyeduhannya tepat, tanpa diberi tambahan gula sudah menghasilkan rasa manis sendiri.
Tak hanya diskriminasi pada kopi, seringkali para pecinta kopi murni juga menyudutkan orang lain yang minum kopi campuran. Seolah-olah peminum kopi campuran ini kurang beradab dalam memperlakukan kopi dengan semestinya.
Ah, bicara kopi sama pecinta kopi murni memang butuh kesabaran. Percuma kita berdebat dengan mereka, hanya buang-buang waktu saja. Bagi mereka, kopi ya kopi, gak perlu dicampur dengan rasa-rasa yang lainnya.
Para pecinta kopi sejati menikmati kopi karena rasa pahit yang dibawakan senyawa alkaloid bernama kafein dalam setiap biji kopi yang sudah disangrai.
"Pokoknya kalau minum kopi, jangan dicampur dengan segala macam. Daripada kopi susu, sekalian saja minum kopi asin."
Nah kan. Meladeni jenis pecinta kopi semacam ini membutuhkan tingkat kesabaran yang paling tinggi. Memangnya saya gila apa disuruh minum kopi asin? Lha wong kopi tanpa gula saja kadang rasanya kurang mantap di lidah, sekarang malah disuruh minum kopi pakai garam.
Eh, tapi ternyata ada "orang gila" yang menambahkan sejumput garam dalam gelas berisi cairan kopi, dengan alasan untuk menghilangkan rasa pahitnya.
Salah satunya adalah Alton Brown, seorang ahli kopi. Di situs pribadinya, Brown merekomendasikan praktik menambahkan garam dalam secangkir kopi yang sedang diseduh.
Brown mengklaim bahwa senyawa pembawa rasa asin dari garam akan mengurangi rasa pahit dan juga menghaluskan rasa "basi" dari air yang digunakan untuk menyeduh.
Premis yang diajukan Brown adalah, garam melebihi gula dalam hal melembutkan rasa pahit. Bagaimana mekanisme persisnya, Brown tidak dapat menjawab. Di luar prosesnya yang masih misterius, Brown juga mengklaim banyak orang yang menyukai teknik baru untuk mengurangi rasa pahit kopi ini.
menanggapi klaim Alton Brown.
"Saya pribadi belum melihat ini secara langsung tetapi saya seorang pecinta garam dan saya bisa membayangkan bahwa mungkin ada sesuatu di mana yang mengubah persepsi kita tentang kepahitan," kata Tonya Kuhl, seorang profesor teknik kimia di University Of California Davis dan co-direktur UC Davis 'Coffee CenterKuhl juga memberi tahu bahwa ada sebagian kecil masyarakat yang disebut "super-tasters" sangat sensitif terhadap rasa pahit. Menurut Kuhl, mereka mungkin menemukan perubahan nyata dalam pahitnya kopi saat mereka menambahkan garam.
Klaim Alton Brown juga dibantah oleh Spencer Turer, seorang ahli kopi spesial di Coffee Enterprises. Turer merasa skeptis terhadap segala upaya mengurangi rasa pahit kopi dengan memberi zat tambahan apapun, termasuk garam.
"Jika kamu membeli kopi yang baik dari biji kopi yang spesial, berkualitas, dan jika kamu menggunakan peralatan yang tepat, kopi bisa menjadi lezat --- gurih dan manis dan semuanya tanpa apa pun --- tanpa garam, rasa manis, zat tambahan, atau krim. "
Masalahnya, kopi adalah biji buah yang ajaib. Beda jenis kopinya, beda pula kadar pahit dan asamnya. Tak hanya itu, kopi juga akan menghasilkan rasa dan aroma yang berbeda tergantung dari teknik penyeduhannya.Â
Kopi yang diseduh dengan teknik V60 bisa memiliki rasa yang berbeda dengan kopi tubruk meskipun biji kopinya diambil dari toples yang sama.
Yah, soal rasa memang selalu kembali pada selera masing-masing. Karena setiap individu mempunyai indra pengecap yang unik dan tidak ada yang identik, tentu saja kita tidak bisa mematok secara pasti bahwa kopi murni lebih enak, atau kopi susu itu lebih nikmat.
Soal rasa bisa menjadi perdebatan yang berlarut-larut tanpa ada jawaban pasti.
Jika kamu suka rasa pahit kopi, tak perlu menambahkan apapun sebagaimana saran dari Spence Turer atau teman saya yang ngotot "sok" ahli kopi itu.Â
Tapi jika kamu sensitif terhadap rasa pahit dan ingin menguranginya, kamu bisa minum kopi dengan gula, kopi susu kekinian, atau mungkin sekalian ingin mencoba kopi asin seperti yang disarankan Alton Brown.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H