Pada era Soeharto, baru lah pemerintah menyikapi serius pendidikan kejuruan. Tekad pemerintah untuk membangun pendidikan kejuruan ditunjukkan sejak Pelita I yang berlanjut hingga akhir Pelita VI.
Hal ini dibuktikan dengan investasi besar-besaran untuk membangun sekolah-sekolah baru, merehabilitasi dan meningkatkan sekolah-sekolah yang telah ada.
Selain anggaran pendidikan yang lebih besar, pemerintah Soeharto juga menyusun kurikulum khusus pendidikan kejuruan atau disebut Kurikulum 1976 yang mulai berlaku pada tahun ajaran 1976/1977. Â Melalui Kurikulum 1976 ini, jenis-jenis sekolah kejuruan ditertibkan menjadi seperti berikut ini :
- Sekolah Teknik (ST) dengan jurusan Mesin, bangunan, dan elektronika.
- Sekolah Kesejahteraan Keluarga (SKK) yang memberikan pendidikan selama 4 tahun.
- Sekolah Kesejahteraan Tingkat Pertama (SKP)
- Sekolah Menengah Kesejahteraan keluarga (SMKK)
- Sekolah Menengah Kerumahtanggaan (SMTK)
- Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA)
- Sekolah Teknologi Menengah/Sekolah Teknik Menengah (STM)
- Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)
- Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK)
- Untuk sekolah tingkat menengah pertama (ST dan SKP) hanya ada sebuah saja di tiap-tiap provinsi.
Perubahan Nama Sekolah Kejuruan Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kurikulum 1976 kemudian diperbaiki oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Keputusan Menteri Nomor 0289a/U/1985 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Pertama SMKTP) dan Nomor 0289b/U/1985 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMKTA).
Menjelang runtuhnya era Orde Baru, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Mendikbud RI nomor 036/O/1997 Tentang Perubahan Nomenklatur SMKTA menjadi SMK Serta Organisasi dan Tata Kerja SMK. Perubahan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dan Keputusan Mendikbud nomor 0490/U/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan.Â
Dalam keputusan tersebut, semua sekolah kejuruan yang dinamakan berdasarkan jenis keahliannya berubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan. Penyebutannya menyesuaikan lokasi di daerah masing-masing dengan nomer menurut urutan tahun penetapan keputusan pelembagaan sekolah yang bersangkutan.
Sejak saat itu, Sekolah Teknik Menengah (STM) dan jenis sekolah kejuruan lainnya berubah nama menjadi SMK dengan nomer-nomer yang sudah ditentukan.
Lebih dari 20 tahun para pelajar dan masyarakat terbiasa menyebut SMK, lalu mengapa tiba-tiba istilah STM muncul kembali? Menurut saya ini agak aneh.
Sampai-sampai timbul analisis nyeleneh dari seorang teman, bahwa para pelajar SMK yang ikut demonstrasi itu disebut anak STM karena tidak ingin imej mobil Esemka yang menjadi kebanggaan presiden Jokowi rusak gara-gara kelakuan mereka. Benarkah?.
Referensi:
SMK Dari Masa ke Masa. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H