Sewaktu sekolah dasar dulu, aku sering dicekoki cerita dan profil B.J Habibie. Salah satu guruku bahkan sangat mengidolakan sosok Presiden ke-3 RI ini. Nyaris dalam setiap pelajarannya, guruku tersebut selalu menyelipkan cerita dan hikmah yang bisa diambil dari kisah hidup Bacharudin Jusuf Habibie.
Tak heran apabila kemudian banyak teman-temanku yang ikut mengidolakan BJ Habibie. Malah pengenalan mereka terhadap Habibie jauh melampaui realita kehidupan aslinya.
Teman-temanku menggambarkan Habibie sebagai orang paling jenius se-Indonesia. Beberapa teman mengklaim Habibie sebagai penemu pesawat terbang.Â
Tak sedikit pula teman yang mengisahkan Habibie sebagai sosok ulama sekaligus cendekiawan muslim terkemuka di dunia. Hingga seandainya ada sensus yang menanyakan apa cita-cita anak sekolah era tahun 80-90an, nama B.J. Habibie ada di urutan pertama sebagai tokoh panutan.
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng, demikian nama dan gelar lengkap putra asli Gorontalo ini. Di masa kecilku dulu, tidak ada anak sekolah yang tidak mengenal Habibie. Entah itu hanya sekilas namanya maupun riwayat hidupnya.
Begitu harum nama B.J. Habibie, ini semua tak lepas dari sumbangsih yang beliau berikan pada bangsa dan rakyat Indonesia. Baik dari sisi keilmuan maupun melalui perannya sewaktu menjabat sebagai Presiden RI.
Habibie adalah orang Indonesia pertama yang diakui keahliannya dalam bidang aeronautika. Suatu bidang yang saat itu terdengar sangat asing di telinga rakyat Indonesia.Â
Habibie mengawali disiplin ilmunya tersebut di Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia Bandung (kini Institut Teknologi Bandung/ITB). Usai lulus, Habibie langsung melanjutkan kuliah di studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat.Â
Di situlah Habibie menerima gelar diplom ingeniur dan doktor ingeniur dengan predikat summa cum laude.
Nama besar Habibie muncul dan terkenal sewaktu diminta pulang untuk kemudian ditunjuk presiden Soeharto menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek).Â
Habibie dikenal lewat gebrakannya memperkenalkan "Visi Indonesia" yang bertumpu pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam industri-industri strategis. Lompatan visioner yang sekilas mirip dengan The Great Leap Forward versi Mao Zedong.
Habibie adalah Menristek dengan masa jabatan paling lama dalam sejarah pemerintahan Indonesia. Habibie tercatat menjadi Menristek dalam 3 periode Kabinet, yakni mulai Kabinet Pembangunan V (1983-1988) hingga Kabinet Pembangunan VII (1993-1998).
Saat Soeharto dipilih kembali oleh MPR sebagai Presiden RI periode 1998-2003, Habibie diminta menjadi wakilnya menggantikan Try Soetrisno. Namun, jabatan ini tidak berumur lama. Usai Soeharto diturunkan lewat gerakan people power, Habibie pun naik menjadi Presiden ke-3 RI.
Habibie mewarisi jabatan tersebut saat negara sedang dalam kondisi kacau balau. Krisis moneter yang terjadi di banyak negara termasuk Indonesia, ancaman disintegrasi bangsa, serta aksi kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah sebagai imbas dari kacaunya perekonomian negara.Â
Namun, itu semua berhasil disolusikan Habibie melalui berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkannya.
Dalam masa jabatannya yang sangat singkat, setidaknya Habibie berhasil meletakkan pondasi pembangunan yang bisa menghindarkan bangsa ini dari ancaman perpecahan.Â
Melalui penerapan Undang-undang Otonomi Daerah, gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Satu-satunya noktah hitam dan menurut sebagian pihak menjadi kesalahan terbesar dalam catatan karir pemerintahan Habibie adalah soal lepasnya provinsi Timor Timur.Â
Di tengah ancaman disintegrasi, Habibie justru mengajukan usulan yang kontradiktif, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia.Â
Hasilnya sebagaimana tercatat dalam sejarah, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara berdaulat sejak 30 Agustus 1999.
Kebijakan ini pula yang mendorong pihak-pihak yang tidak puas dengan latar belakang Habibie berusaha untuk memakzulkannya dari jabatan sebagai Presiden. Habibie pun sadar diri dan memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi usai laporan pertanggungjawabannya ditolak MPR.
Habibie adalah seorang visioner yang pandangannya jauh melompat ke depan, melampaui wawasan sebagian besar rakyat Indonesia. Tak heran apabila di masa awal reformasi, kebijakan politik dan ekonomi yang pernah dilakukan Habibie mendapat penilain negatif.
Namun seiring berjalannya waktu, banyak pihak yang kemudian sadar dan mengapresiasi pemerintahan Habibie. Dalam buku Reformasi Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahn Tiga Presiden, Â L. Misbah Hidayat mengatakan apa yang dilakukan pemerintahan Habibie tak lepas dari latar belakang Habibie itu sendiri.
"Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat."
Bagaimanapun juga, satu noktah hitam itu tidak akan pernah bisa menjadi noda dalam keteladanan yang bisa kita dapatkan dari sosok B.J Habibie. Beliau adalah guru bangsa, teladan bagi rakyat Indonesia.
11 September 2019, rakyat Indonesia berduka. BJ Habibie meninggal dunia. Guru bangsa itu telah tiada. Selamat Jalan Pak Habibie, namamu akan harum terkenang sepanjang masa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI