Suatu ketika, C.S. Lewis, penulis buku Chronicle of Narnia itu mengirim surat balasan untuk Joan, salah seorang penggemar ciliknya. Dalam suratnya, C.S. Lewis memberi tahu Joan bahwa menulis bukanlah keterampilan yang bisa kita kuasai dalam hitungan jam atau hari. Butuh waktu untuk belajar bertahun-tahun dan mungkin keterampilan menulis itu tidak akan pernah bisa dikuasai dengan sempurna.
Menulis itu keterampilan yang harus terus dilatih
Bagi saya, menulis tidak lagi sekedar hobi. Menulis adalah cara saya, dan kita semua untuk berbicara satu sama lain. Tapi, mengutip yang dikatakan Kang Pepih Nugraha, menulis harus dibedakan dengan komunikasi verbal.
Menulis itu pembicaraan yang didokumentasikan. Ia adalah alat komunikasi yang bisa melintasi waktu dan jarak. Sebagai dokumentasi, menulis adalah jejak peradaban. Menulis adalah cara di mana kita mentransmisikan dan berbagi satu sama lain tentang wawasan, pengetahuan, pikiran, cerita, pelajaran hidup, ide, dan pembelajaran.
Menurut sebagian orang, menulis itu (semestinya) mudah, sebagaimana kita berbicara. Namun bagi saya pribadi, menulis itu bukan suatu proses yang bisa dilalui begitu saja tanpa ada pembelajaran seperti saat kita berbicara sehari-hari.
Menulis itu membutuhkan pemikiran dan refleksi yang cermat. Ini mengharuskan kita untuk memindahkan benang kusut pikiran ke atas kertas dan mengatur ulang pemikiran-pemikiran itu sedemikian rupa sehingga mereka dapat menginspirasi pembaca.
Karenanya, tak ada kata "Tamat" untuk belajar dan latihan menulis. Tak ada gelar "ahli" yang bisa diraih seorang penulis atau blogger . Seperti yang dikatakan Ernest Hemingway, "Kita semua magang dalam bidang keterampilan di mana tidak ada yang pernah menjadi ahli di dalamnya."
Kita mungkin tidak pernah bisa menjadi ahli dalam keterampilan menulis. Tetapi kita bisa menjadi penulis yang lebih baik. Kita dapat meningkatkan keterampilan ini hari demi hari jika kita mau terus berlatih dan bekerja keras.
Danone Blogger Academy, universitasnya blogger Indonesia
Sewaktu Danone bersama Kompasiana mengadakan pelatihan menulis untuk Blogger yang pertama dua tahun lalu, saya langsung tertarik untuk ikut. Antusiasme saya begitu besar mengingat apa yang bisa diperoleh para peserta akademi: melatih keterampilan menulis, mentoring langsung dengan pengajar yang berkualitas, kunjungan ke lapangan untuk mengetahui dan menggali fakta serta informasi dan menyusunnya menjadi sebuah artikel yang menarik. Intinya, Danone Blogger Academy mengasah keterampilan menulis para blogger lebih baik lagi.
Sayangnya, saya tidak ikut terpilih. Saya tidak bisa menjadi bagian dari 20 blogger yang terpilih dan beruntung menimba ilmu dari orang-orang yang sudah berpengalaman menulis dan sudah mempunyai jam terbang sebagai blogger yang lebih lama.
Begitu pula ketika Danone Blogger Academy Batch 2 diselenggarakan tahun lalu. Sekali lagi saya masih belum beruntung. Saya hanya bisa membaca reportase dan tulisan teman-teman blogger di Kompasiana dengan rasa iri hati oleh manfaat ilmu yang telah mereka dapatkan.
Bulan Juli lalu, Danone bersama Kompasiana kembali menyelenggarakan Danone Blogger Academy Batch 3. Dengan bekal beberapa artikel bertema kesehatan dan nutrisi yang sudah pernah saya tulis di Kompasiana, tanpa berpikir panjang  saya pun langsung mendaftar.
Seandainya menulis dan menjadi blogger itu memerlukan pendidikan khusus, Kompasiana adalah tempat kita menempuh pendidikan dasar dan menengah. Sementara Danone Blogger Academy adalah perguruan tingginya. Tapi DBA bukan sembarang universitas. Danone Blogger Academy ibaratnya John Hopkins University School of Medicine (JHUSOM), sekolah kedokteran dan ilmu kesehatan yang menjadi idaman para calon dokter sedunia.
Satu tantangan di antara sejuta kebanggaan ikut Danone Blogger Academy
Karena itu, ada sejuta kebanggaan ketika Kompasiana menghubungi  dan mengatakan saya terpilih untuk ikut serta di Danone Blogger Academy Batch 3. Penyelenggaraan akademi kali ini menurut saya juga terasa lebih istimewa.
Pertama, karena cuma ada 10 blogger terpilih dari sekitar 600-an blogger yang mendaftar. Kedua, karena akademi kali ini digelar di Bali, yang bagi saya sudah tidak asing lagi karena 10 tahun pernah tinggal di sana.
Pada penyelenggaraan yang ketiga kalinya ini, Danone mengajak blogger terpilih untuk menjadi key opinion leader di bidang kesehatan dan nutrisi serta lingkungan sehingga dapat menyebarkan semangat "One Planet, One Health" bagi sesama. Di akademi, para blogger akan belajar soal nutrisi dan lingkungan.
Tak hanya itu, blogger juga akan dibekali keterampilan menulis ala jurnalisme warga, fotografi, dan blogging. Jenis keterampilan yang sangat berguna bila kita ingin menulis berita langsung (straight news), feature news atau opini. Tentunya dengan harapan pengetahuan dan latihan keterampilan ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, terutama dalam mengangkat isu-isu kesehatan dan menuliskannya untuk pembaca.
Danone Blogger Academy adalah tempat yang tepat bagi para blogger untuk menimba ilmu sekaligus mengasah keterampilan menulis artikel kesehatan yang baik. Sebuah ceruk yang mungkin sama sekali tidak seksi di mata pembaca.
Menurut Kang Pepih, menulis itu harus seksi. Â Definisi seksi disini terletak pada tema tulisan, di mana kebanyakan blogger lebih senang menulis topik yang trendi, tema yang aktual, berita-berita yang lagi viral.
Tema tentang kesehatan dianggap tidak masuk kategori seksi. Tidak banyak blogger yang mau mencurahkan waktunya untuk menulis tema kesehatan. Bagi saya pribadi, begitu pula menurut Kang Pepih, hal ini terdengar sedikit ironis. Mengingat kesehatan itu sangat penting, dan menjadi nikmat serta karunia yang paling berharga bagi umat manusia. Harta kita tak ada nilainya bila kesehatan tidak terjaga.
Namun, seperti yang dikatakan Kang Pepih Nugraha, disinilah letak tantangannya. Melalui Danone Blogger Academy, blogger ditantang untuk mempopulerkan tema yang tidak seksi ini supaya menarik dan penting untuk dibaca.
Sebuah tantangan yang cukup berat. Tapi, bukankah ada ungkapan "di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin?" Begitu pula dengan tantangan yang disediakan Danone dan Kompasiana ini.
Dengan berlatih, berlatih dan terus berlatih menulis, tema apapun semestinya bisa kita tuliskan dengan baik sehingga bisa menarik, penting untuk dibaca dan menginspirasi pembacanya.
Malang, 28/8/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H