Anak saya senang mendengarkan soundtrack serial Lego Ninjago yang dimainkan The Fold. Ketika saya tanya mengapa kok suka dengan lagu itu, anak saya menjawab, "Seperti jadi Ninjago beneran Pak."
Musik memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ia tak hanya karya seni, namun juga sebuah kebutuhan.
Melalui alunannya, musik memiliki cara yang unik untuk merembes melalui sudut-sudut kosong dan mengisi lingkungan dengan substansinya. Musik dapat membantu kita menjadi rileks, membuat mata kita berkaca-kaca, atau bahkan merasa lebih hidup.
Kita menggunakan musik untuk mengatur nada lingkungan dan suasana hati. Entah itu saat kita bersantai setelah bekerja, atau ketika mengadakan pesta. Â Namun di zaman ketika banyak dari kita menghabiskan waktu menatap layar komputer, musik juga menjadi alat untuk melarikan diri dari gangguan luar atau tugas-tugas yang membosankan.
Musik juga bisa mengatur ritme kerja, membuat kita menjadi lebih fokus pada pekerjaan dan lebih produktif. Setidaknya itu menurut hasil penelitian Teresa Lesiuk, seorang asisten profesor dalam program terapi musik di University of Miami.Â
Setelah melakukan penelitian tentang efek mendengarkan musik pada kinerja kerja, Dr. Lesiuk sampai pada kesimpulan bahwa "mereka yang mendengarkan musik dapat menyelesaikan tugas lebih cepat dan memiliki ide yang lebih baik daripada yang tidak mendengarkan musik."
Tapi, tidak semua jenis musik bisa membuat kita lebih produktif. Beberapa penelitian lain telah menunjukkan bahwa musik populer malah bisa mengganggu pemahaman membaca dan pemrosesan informasi.
Jadi, kita bisa mengambil manfaat positif dari musik dalam pekerjaan. Namun pengaruhnya terhadap produktivitas tergantung pada situasi dan jenis musik.Â
Apakah ada jenis musik yang memiliki efek negatif terhadap produktivitas kerja?
Saat bekerja, saya cenderung suka dengan suasana hening dan sulit untuk berkonsentrasi kalau ada orang berbicara. Begitu pula saat mendengarkan musik, lirik yang ada di dalamnya bisa mengganggu fokus kerja saya.
Ternyata saya tidak sendirian. Musik dapat dianggap sebagai bentuk multi-tasking, di mana pendengar beralih bolak-balik antara pekerjaan dan musik yang mereka dengarkan. Padahal semestinya musik itu memainkan perannya sebagai latar belakang saja.