Dalam pandangan orang luar, Gus Najih atau para santrinya memanggil Mbah Najih, panggilan akrab putra kedua Mbah Moen, sering dianggap "terlalu kaku" dan tidak masuk dalam kultur Nahdliyin. Mbah Najih termasuk satu figur yang gigih mempertahankan sunnah. Berbeda dengan kultur NU yang dianggap lebih moderat.
Justru, lewat Gus Najih inilah Mbah Moen memberi teladan tentang toleransi. Seperti yang diketahui banyak orang, Gus Najih memang kerap berbeda pandangan, termasuk dalam masalah politik. Tapi bagi Mbah Moen, sikap dan pandangan putranya yang sering berbeda ini bukanlah pokok masalah yang harus disikapi dengan kaku.
Meninggalnya Mbah Moen merupakan suatu kehilangan yang sangat besar bagi bangsa Indonesia, terutama warga Nahdliyin. Suri tauladan yang sudah beliau contohkan bagi bangsa ini sulit sekali dicari gantinya.Â
Semoga saja, melalui nasihat dan teladan yang sudah Mbah Moen berikan, bangsa ini, terutama umat Islam tidak kekurangan tokoh-tokoh lain yang juga bisa memberi teladan yang sama.
Selamat Jalan Mbah Moen, Semoga Khusnul Khotimah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H