Hasil lomba meme ini tak lepas dari pemilihan tema lomba, "Gombalindonesia". Sungguh, saya dan juga netizen lain yang ikut berkomentar tak habis pikir dengan tema lombanya.Â
Jika tujuannya untuk edukasi sekaligus memahami dunia remaja, masih banyak tema lain yang sesuai dengan karakter remaja masa kini. Tidak harus menjurus pada romantisme ala anak SMA.
Jika memang tema itu diharuskan, yang katanya agar bisa memahami dunia remaja, maka boleh dibilang hasil kreasi meme itu bisa menjadi cermin selera anak SMA masa kini. Bahwa mereka menganggap pacaran dan urusan rayu merayu lawan jenisnya pada masa usia sekolah adalah hal yang wajar.
Penggunaan meme sebagai materi edukasi bukan hal yang baru lagi. Di beberapa website luar negeri, banyak praktisi pendidikan yang menyarankan penggunaan meme untuk menyampaikan konsep pelajaran. Ini tak lepas dari definisi dan fungsi meme sebagai penyampai pesan dan informasi.
Dengan konten berupa gambar (biasanya makro gambar, GIF atau video), atau mungkin hanya kata dan frasa, Â pesan yang dibawa meme terasa lebih mudah dipahami. Sesuai dengan kultur internet di mana pesan-pesan pendek lebih disukai daripada konten panjang.
Karena itu, benar apa yang dikatakan netizen bahwa sebelum menggelar lomba, ada baiknya Tim Direktorat PSMA banyak membaca referensi tentang meme dan meme yang mengedukasi. Supaya mereka tidak terjebak dalam penentuan tema dan kriteria lomba dari sudut yang sempit: bahwa dunia remaja itu tidak hanya berkutat masalah percintaan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H