Dengan menyelenggarakan audisi dan memberi dana sponsor yang sangat besar, perusahaan rokok ingin mengatakan pada badan olahraga hingga para atlet bahwa sukses mereka adalah berkat jasa perusahaan rokok.Â
Di sisi lain (dan di sinilah letak dilema serta ironinya), kita juga harus mengakui sumbangsih perusahaan rokok - khususnya di Indonesia -- sangat besar dalam kegiatan olahraga, seni dan sosial di masyarakat, bahkan bagi negara sekalipun.Â
Cukai rokok menjadi salah satu penyumbang devisa negara sekaligus penopang perekonomian. Dan yang sangat ironis adalah, cukai rokok digunakan untuk menambal defisit BPJS Kesehatan!
Sementara itu, para mahasiswa Indonesia pasti tahu dan ingin meraih beasiswa dari Djarum Foundation atau Sampoerna Foundation. Dan dari sisi olahraga, penggemar bulutangkis di Indonesia pastinya juga sudah tahu jasa besar Djarum Badminton Club (PB Djarum) dalam mencetak bintang-bintang bulutangkis yang sudah mengharumkan nama Indonesia.Â
Dengan kata lain, seolah ada pesan khusus yang ingin disampaikan pada masyarakat olahraga Indonesia, "Kalau bukan perusahaan rokok, siapa yang peduli dengan bulutangkis Indonesia?", "Kalau bukan perusahaan rokok, siapa yang mau menyelenggarakan konser musik?"Â
Padahal siapapun juga tahu, terutama setiap federasi olahraga dan para atlet, bahwa rokok itu tidak cocok dan tidak akan pernah berjalan serasi dengan nilai dan norma yang mereka bawa saat berolahraga.Â
Catatan kaki:Â Â [1] Tobacco Free Sports, play it clean (WHO, 2002)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H