Bukunya yang kedua berjudul Mencari Sila Kelima: Sebuah Surat Cinta Untuk Indonesia (Bentang Pustaka, 2015).
 "Judul aslinya sebenarnya "Mencari tong bao". Saya suka istilah itu yang berarti berasal dari rahim yang sama atau kompatriot," ujar Audrey Yu dikutip dari Liputan6.
Menurut Audrey, bukunya yang kedua ini terinspirasi dari pengalamannya dalam memandang Tiongkok. Wanita kelahiran Surabaya ini kagum dengan kekompakan dan rasa persatuan yang dimiliki oleh masyarakat negeri Tirai Bambu tersebut. Berdasarkan pengamatan itu pula, ia menyebut Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan yang sama untuk menjadi besar, bahkan melebihi Tiongkok. Terlebih, Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Informasi hoaks terkait buku yang ditulis Audrey Yu ini sebenarnya mudah diketahui oleh netizen. Jika buku berjudul Indonesia Tanah Airku, Aku Cinta Indonesiaku ini masuk jajaran best seller dunia, tentu akan banyak ulasannya, terutama dari penggemar buku luar negeri. Faktanya, di situs Goodreads tak ada judul buku seperti itu. Goodreads hanya memuat dua judul buku seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
Hoaks yang kedua adalah terkait profesi dan pekerjaan Audrey Yu. Menurut informasi di media sosial, Audrey Yu disebut langsung bekerja di NASA usai menyelesaikan pendidikan S3 di Paris dengan gaji 200 juta per bulan.
Faktanya, Audrey Yu pada tahun 2017 masih berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah di Shanghai, Tiongkok. Ia mengajar bahasa Inggris dan membantu mempersiapkan siswa untuk menempuh ujian SAT.
Seandainya benar Audrey Yu, dengan kejeniusannya langsung direkrut oleh NASA begitu lulus kuliah, hal ini tentu akan diberitakan media Amerika Serikat. Tapi, hasil penelusuran saya tidak mendapati berita apapun terkait perekrutan Audrey Yu. Berdasarkan pencarian di situs NASA juga tidak ditemukan entry apapun terkait nama Audrey Yu.
Hoaks ketiga adalah terkait pertemuan Audrey Yu dengan Jokowi saat KTT G-20 di Jepang beberapa waktu yang lalu. Mengingat status KTT G-20 yang dihadiri kepala negara semacam Donald Trump dan negara maju lainnya, sulit untuk diterima akal bahwa Audrey Yu bisa bertemu dengan Jokowi tanpa ada kapasitas apapun yang melekat pada dirinya.
Seandainya Audrey Yu bertemu Jokowi dalam kapasitasnya sebagai warga negara Indonesia, pertemuan semacam ini tentu dihadiri WNI lainnya yang tinggal di Jepang, bukan secara pribadi. Seandainya pertemuan pribadi itu memang ada, tentu akan ada dokumentasi resmi dari staf publikasi kepresidenan.
Faktanya, hingga KTT G-20 berakhir, tidak ada berita agenda pertemuan Jokowi dengan WNI di Jepang, atau dokumentasi pertemuan pribadi Jokowi dengan Audrey Yu.
Begitu pula dengan informasi tawaran pekerjaan dari BPPT. Situs Okezone sudah mencoba untuk mengonfirmasi langsung pada BPPT, namun hingga berita tentang Audrey Yu ditayangkan, belum ada jawaban.