Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tingkatkan Keterampilan Menulismu dengan Menekuni Hobi Baru

7 Juli 2019   12:05 Diperbarui: 7 Juli 2019   12:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi Himam Miladi

Belakangan ini saya punya hobi baru: memelihara ikan hias.

Akuariumnya tidak terlalu besar, dan tidak dibuat nyeni seperti penghobi aquascape. Yang penting ada ikannya dan hidup.

Meskipun sederhana, ternyata gampang-gampang susah. Memelihara ikan hias tidak seperti memelihara ayam yang bisa kita lepaskan dan hanya diberi makan begitu saja.

Banyak yang harus diperhatikan dengan cermat. Airnya harus jernih, suhunya juga tidak boleh terlalu dingin atau hangat. Waktu memberi makan juga tidak bisa sembarangan. Tidak boleh terlalu sering dan terlalu banyak.

Saat pertama kali memelihara ikan hias ini, saya sempat kewalahan. Baru dua hari ikannya ditaruh di akuarium, sudah banyak yang mati. Kata istri, mungkin karena udara dingin yang belakangan menerpa kota Malang. Seperti kasus matinya ikan hias peliharaan teman saya. Padahal akuariumnya sudah saya beri lampu secukupnya supaya suhu airnya tidak terlalu dingin.

Lambat laun, setelah belajar seluk beluk ikan hias dan akuarium, akhirnya siklus ikan-ikan di akuarium saya berjalan normal dan stabil. Tidak ada lagi ikan yang mati, meskipun fenomena suhu udara dingin masih terus terjadi.

Ikan hias yang saya pelihara bukan jenis ikan hias yang harganya mahal. Sederhana saja, namun cukup eksotis. Saya lebih suka jenis ikan hias yang kecil dan berwarna-warni, seperti ikan Neon dan ikan Cardinal (sejenis ikan Gathul kalau orang Jawa menyebutnya, tapi kulitnya terlihat seolah menyala seperti lampu neon). Ada pula ikan Red Nose, yang mulutnya berwarna merah dengan ekor belang seperti kulit zebra.

Ikan Red Nose ini juga bisa menjadi indikator lho. Kalau warna merah di mulutnya memudar hingga pucat dan berubah jadi putih, itu pertanda ikannya lagi stress. Artinya, kondisi akuarium sedang tidak bagus. Entah karena dingin, kotor, atau baunya amis karena pengaruh makanan ikan. Jadi kalau ingin tahu apakah akuarium saya baik-baik saja, saya perhatikan saja mulut ikan Red Nose itu.

Lantas, apa hubungannya hobi baru ini dengan keterampilan menulis?

Ah iya, maaf. Saking semangatnya bercerita tentang hobi memelihara ikan hias, saya hampir lupa menjelaskan hubungannya. Menekuni dan menguasai hobi/keterampilan baru ternyata bisa meningkatkan keterampilan utama kita.

Sebuah artikel tahun 2006 yang menarik dari majalah Fortune mengungkapkan, "Otak Anda, ternyata, bukan massa tetap yang membentuk perilaku Anda. Perilaku Anda juga membentuk otak Anda (ada hubungan timbal balik). Jika seorang tukang kebun mengambil minat serius dalam bidang teknik, misalnya, neuron-neuronnya membentuk jalur baru antara daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi."

Artikel itu melanjutkan dengan mengutip Dr. Alvaro Pascual-Leone, seorang profesor neurologi di Harvard Medical School: "Mungkin merupakan kesalahan untuk melakukan satu hal saja. Jika Anda berlatih banyak hal, Anda benar-benar menjadi lebih baik dalam hal-hal itu."

Hobi Baru Berarti Pengalaman Baru

Menulis, bagi sebagian orang memang dianggap sebagai hobi. Tapi jika kita ingin meningkatkan keterampilan menulis dan menguasai dengan baik hobi ini hingga menjadi keterampilan utama kita, salah satu caranya adalah dengan menekuni hobi baru.

Banyak penulis fiksi yang mengisi waktu luangnya dengan melukis. Bukan karena mereka pandai melukis, tetapi karena dengan melukis, itu membantu tulisan mereka. Melukis bisa "memaksa" mereka untuk melihat sesuatu.

Seperti yang ditekuni Victor Hugo. Penulis yang terkenal dengan novelnya Les Miserables dan The Hunchback of Notre Dame boleh dibilang seniman berbakat. Tak kurang dari 4000 gambar dan lukisan sudah ia buat semasa hidupnya.

Awalnya, Hugo memperlakukan lukisan hanya sebagai hobi.  Tetapi ia akhirnya menekuni dengan lebih serius, dan lukisannya banyak dipuji oleh para seniman terkemuka di masanya. Lukisan Hugo hanya dibagikan secara pribadi karena ia khawatir karya lukisnya kelak malah akan lebih bersinar dibanding karya sastranya.

Para penulis fiksi seperti Victor Hugo ini, mereka melukis atau menggambar karena mereka sadar bahwa tulisan fiksi itu biasanya dibuat untuk menunjukkan sesuatu, bukan mengatakan sesuatu. Setiap disiplin ilmu dapat membantu tulisan kita untuk menunjukkan sesuatu yang ingin kita perlihatkan pada pembaca: logika, matematika, teologi, dan tentu saja seni menggambar. Apa pun yang membantu kita untuk melihat, dan apa pun yang membuat kita bisa terlihat.

Tak hanya dengan melukis saja, banyak penulis terkenal di sela-sela aktivitas menulisnya menekuni hobi yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan menulis. Seperti yang diungkapkan artikel dari Forbes diatas, dengan menekuni minat yang baru, neuron kita akan membuka jalan baru yang sebelumnya terisolir. Dengan menekuni hobi yang baru, otak kita bisa melihat hal-hal yang selama ini belum pernah kita alami.

Pengalaman baru inilah yang bisa membantu dan setidaknya mampu meningkatkan kualitas tulisan kita. Entah karena ada hal teknis baru yang kita kuasai, atau karena dengan pengalaman menekuni hobi baru itu, kita punya tambahan kosakata, istilah atau kiasan yang bisa kita gunakan dalam tulisan kita.

Hobi Unik Para Penulis Dunia

Seperti yang dilakukan Dame Agatha Christie. Semenjak menikah dengan arkeolog terkenal Max Mallowan, hidup Agatha Christie penuh dengan petualangan. Pencipta tokoh detektif paling terkenal, Hercule Poirot ini selalu menemani ekspedisi arkeologi yang dilakukan suaminya.

Tidak sekedar menemani, Agatha Christie juga serius dan tekun membantu suaminya saat menggali situs-situs arkeologi. Pengalamannya dalam bidang arkeologi ini akhirnya mengilhami beberapa novelnya: Perjanjian dengan Maut (Appointment with Death), Pembunuhan di Mesopotamia (Murder in Mesopotamia), Pembunuhan di Orient Express (Murder on The Orient Express), dan Ledakan Dendam (Death Comes as The End).

Lain lagi dengan Leo Tolstoy. Penulis novel epik Anna Karenina ini merupakan seorang pemain catur yang handal. Penulis biografinya, Aylmer Maude, yang sering bermain dengannya, mengamati bahwa Tolstoy "tidak memiliki pengetahuan tentang catur, tetapi telah banyak bermain dengan waspada dan cerdik."

Leo Tolstoy sedang bermain catur (sumber foto: chessgame.com)
Leo Tolstoy sedang bermain catur (sumber foto: chessgame.com)

Penulis pemenang Hadiah Nobel, Ernest Hemingway, senang menghabiskan waktu di luar rumah dengan berburu, dan memancing. Petualangannya menjadi inspirasi bagi banyak buku dan cerpennya, dan Hemingway pernah berkata, "Untuk menulis tentang kehidupan, pertama-tama Anda harus menjalaninya."

Yang paling unik diantara sekian banyak hobi dari para penulis terkenal adalah apa yang dilakukan J.R.R. Tolkien. Penulis serial novel fantasi terkenal  The Hobbit dan The Lord of the Rings ini adalah seorang conlang (constructor language), filolog brilian yang mempelajari banyak bahasa dan mengajar mata kuliah Anglo-Saxon di Universitas Oxford. Tolkien mulai menciptakan beberapa bahasa faktasi sejak remaja, dan hasrat ini berlanjut sepanjang hidupnya.

Pada tahun 1916, Tolkie menulis surat kepada calon istrinya, Edith, dan mengatakan kepadanya bahwa ia sedang mengerjakan "bahasa peri yang tidak masuk akal - untuk perbaikannya. Saya sering rindu untuk mengerjakannya dan tidak membiarkan diri saya sendiri karena saya menyukainya sehingga itu benar-benar hobi yang gila! "

buku kamus bahasa peri dari Tolkien (sumber gambar: blogs.bl.uk)
buku kamus bahasa peri dari Tolkien (sumber gambar: blogs.bl.uk)

Berkat hobi inilah Tolkien berhasil menciptakan mitologi terkenalnya. Dalam kuliahnya pada 1930, "A Secret Vice," Tolkien menjelaskan, "Pembuatan bahasa dan mitologi adalah fungsi terkait. Konstruksi bahasa Anda akan menghasilkan mitologi. "

***

Menulis adalah proses kreatif yang membutuhkan sumber daya kreativitas yang besar. Kita mendapatkan energi kreativitas itu dengan menyerapnya dari sumur artistik batin kita. Sebagaimana sebuah waduk yang akan kering karena terlalu sering mengalirkan airnya, begitu pula dengan sumber kreativitas dalam diri kita.

Menekuni hobi - diluar keterampilan utama kita - merupakan salah satu cara untuk mengisi ulang sumur artistik tersebut. Menekuni hobi baru juga memberi kita cara yang menyenangkan untuk menebus waktu luang sembari membantu kita mengalirkan kembali energi kreativitas yang sudah mengering.

Yang lebih penting lagi, tak peduli hobi apa yang kita tekuni dengan serius itu, kita seolah memberi kesempatan bagi diri sendiri untuk belajar keterampilan baru, yang mungkin bisa bermanfaat dalam kehidupan, terutama dalam proses kreatif menulis kita.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun