Ibaratnya lagi, ketika kita hendak menghadiri acara open house presiden di Istana Negara. Ada aturan dan protokoler yang sudah ditetapkan bagi setiap tamu atau pengunjung. Apakah lantas kita berani melanggar aturan dan protokoler tersebut? Bagi tuan rumahnya, tentu saja sangat menjengkelkan apabila ada tamu yang datang menghadap mengabaikan tata krama dan peraturan protokoler.
Begitu pula saat kita beribadah di masjid, bertamu ke rumah Allah. Ada aturan dan protokoler tertentu yang harus kita patuhi. Salah satunya adalah tidak mengganggu orang lain yang sedang beribadah juga di sana. Dan bunyi dari nada dering ponsel kita itu termasuk kategori gangguan.
Lebih dari itu, orang yang tidak mematikan nada dering ponselnya bisa dianggap meremehkan dan menghalangi hak Tuhannya. Iya kan? Adalah hak dari Allah selaku tuan rumah untuk mendapat penghormatan penuh dari setiap hamba-Nya yang sedang beribadah dan meminta sesuatu kepada-Nya. Â
Seorang muslim dalam sholatnya menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan dan pengagungan yang dikenal umat manusia kepada Tuhannya. Di dalam sholat, ada "isyarat penghormatan dengan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-pujian, doa dan harapan."
- Quraish Shihab -
Maka, jangan salahkan Tuhan jika saat kita menghadap, berdoa dan meminta pertolongan kepada-Nya, Tuhan mengabaikan ibadah, doa dan permintaan kita tersebut. Lha wong kita sendiri yang tidak menghormati Tuhan. Kita sendiri yang mengabaikan protokoler atau tata cara menghadap kepada Tuhan dengan baik, hanya karena kita lebih mementingkan ponsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H