Di luar itu, kedua perusahaan juga tercatat memiliki hak paten teknologi dalam jumlah yang hampir sama besarnya. Di masa jayanya, Kodak adalah raksasa dalam teknologi dan penelitian. Mereka pernah memiliki lebih dari 75.000 paten teknologi! Saat ini, Apple adalah raksasa dalam teknologi dan penelitian dengan lebih dari 75.000 paten juga.
Sayangnya, Kodak gagal memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya--dalam hal ini adalah jumlah paten dan inovasi teknologi--seiring dengan perkembangan pasar.
Kodak juga gagal mengubah proposisi nilai produk dan perusahaan mereka dalam mengantisipasi pertumbuhan yang cepat dan antusiasme konsumen terhadap kategori produk yang mereka jual.
Apple pun bisa mengalami hal yang sama pasca kepergian Jony Ive jika mereka masih terpaku pada proposisi nilai yang sudah ditanamkan Steve Jobs dan Jony Ive, yakni tentang rasa dan selera. Selalu ada pergeseran minat dan antusiasme konsumen dari waktu ke waktu.
Dunia sudah tahu bahwa smartphone itu berguna dan hebat. Tapi, dunia juga tahu bahwa mereka tidak bisa selamanya mengutamakan selera dan gaya. Apple perlu mengubah proposisi nilai mereka, jika mereka masih ingin mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar teknologi.
Apple perlu melihat dan menjawab lagi pertanyaan yang pernah dilontarkan Steve Jobs:
"Apa manfaat luar biasa yang bisa kita berikan kepada pelanggan?"
"Di mana kita bisa membawa pelanggan?"
Dan jawabannya bisa terdapat dalam paten dan inovasi teknologi yang sudah mereka miliki.
Dari 75 ribu paten teknologi yang dimiliki Apple, pasti ada beberapa yang akan menjadi bagian dari "hal besar berikutnya."
Apple hanya perlu melihatnya kembali untuk menjawab pertanyaan Steve Jobs dan membuat mereka tetap dalam persaingan pasar.