Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kritik Sosial dan Lirik yang Hilang dalam Lagu "Hari Lebaran"

1 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 1 Juni 2019   11:31 4277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Menjelang lebaran, lagu-lagu lama bertema Idul Fitri diputar kembali di radio atau televisi. Hingga saat ini, ada banyak lagu bertema Idul Fitri. Sebut saja lagu "Lebaran" (1959) yang dilantunkan Oslan Husein, "Lebaran Sebentar Lagi" (1984) karya Bimbo, dan "Selamat Lebaran" (2006) oleh grup musik Ungu. 

Namun, dari semua lagu bertema Idul Fitri, hingga saat ini belum ada yang mampu menyamai popularitas lagu yang liriknya seperti ini:

Setelah berpuasa satu bulan lamanya
Berzakat fitrah menurut perintah agama
Kini kita beridul fitri berbahagia
Mari kita berlebaran bersuka gembira

Berjabatan tangan sambil bermaaf-maafan
Hilang dendam habis marah di hari lebaran

[reff]
Minal aidin wal faidzin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin

Hafal dan kenal dengan lagu ini kan? Banyak artis dan musisi yang mendaur ulang lagu tersebut. Yang paling diingat generasi sekarang mungkin saat lagu ini dibawakan oleh penyanyi cilik Tasya. 

Dengan suara yang centil dan riang, Tasya benar-benar bisa mewakili makna lagu ini secara harfiah: "Mari kita berlebaran bersuka gembira".

Sayangnya, banyak yang tidak tahu siapa penciptanya. Bukan Bing Slamet atau Benyamin S. Bukan pula Rhoma Irama atau Bimbo. Lagu Hari Lebaran ini diciptakan tak lain dan tak bukan oleh seniman, musisi dan komposer legendaris Indonesia, Ismail Marzuki.

Fakta Menarik di balik Lagu Hari Lebaran karya Ismail Marzuki

Lagu "Hari Lebaran" ini pertama kali direkam oleh pada 1952 di RRI Jakarta. Menurut Ninok Leksono dalam bukunya Ismail Marzuki "Senandung Melintas Zaman", yang mempopulerkan pertama kali adalah Didi dengan iringan Orkes Mus Mualim. 

Versi lain mengatakan penyanyinya adalah Didi, sedangkan grup musik Lima Seirima menjadi pengiringnya. Sosok Didi sempat mengundang pertanyaan, siapakah orang ini? Belakangan, diketahui bahwa Didi adalah nama samaran Suyoso Karsono.

Ada beberapa fakta menarik di balik lagu "Hari Lebaran" ini. Melalui lagu ini, masyarakat akhirnya terbiasa dengan kekeliruan makna dari ucapan "Minal Aidzin wal Faizin". Dalam lagu Hari Lebaran, ucapan ini diikuti dengan kalimat "Maafkan Lahir dan Batin". 

Oleh masyarakat yang mendengarkannya, dua kalimat ini akhirnya digandengkan menjadi satu seolah kalimat yang kedua merupakan arti dari kalimat yang pertama.

Padahal bukan seperti itu makna sebenarnya. Minal Aidzin secara terminologi bahasanya berarti "(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali". Sedangkan kata faizin yang diambil dari kata fawz  berarti "keberuntungan". 

Menurut Quraish Shihab, ucapan Minal Aidzin wal Faizin ini harus dipahami dalam arti harapan dan doa, yaitu "semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh (keberuntungan) ampunan dan ridha Allah SWT sehingga kita semua mendapat kenikmatan surga-Nya."

Akibat popularitas lirik lagu tersebut, kekeliruan makna ini pun bertahan sampai saat ini sehingga kita terbiasa mendengar dan mengucapkan Minal Aidzin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Popularitas lagu "Hari Lebaran" ini memang luar biasa. Bahkan seniman melayu besar dari Malaysia, P Ramlee juga tak segan untuk menyanyikan dan mempopulerkan lagu ini di negaranya sana pada tahun 1977. Akibatnya, warga Malaysia akhirnya mengenal dan kemudian menggunakan istilah Lebaran sewaktu perayaan hari raya Idul Fitri.

Kritik Sosial dan Lirik yang hilang dalam Lagu Hari Lebaran

Di luar popularitasnya, lagu ini juga sarat kritik sosial dan sindiran. Kritik sosial ini disuarakan Ismail Marzuki dalam lirik lagu yang hilang. Memang benar, ada lirik lagu Hari Lebaran yang dihilangkan sehingga kita hanya mengenal lirik lagu Hari Lebaran ini sampai pada bait berikut:

"Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perei
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe

[reff]

Minal aidin wal faidzin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin"

Kalau ingin tahu bait apa yang dihilangkan, simak video berikut:

Nah, sekarang mari kita bandingkan lirik lagu aslinya dengan lirik lagu yang terbiasa kita dengar saat ini. Lirik lagu yang dihilangkan itu berbunyi:

[reff]

Maafkan lahir dan batin,

'lang taon idup prihatin
Cari uang jangan bingungin,

'lan Syawal kita ngawinin


Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi


Sehari semalam main ceki mabuk brandi
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri


Akibatnya sang ketupat melayang ke mate
Si penjudi mateng biru dirangsang si istri

[reff]

Maafkan lahir dan batin,

'lang taon idup prihatin


Kondangan boleh kurangin,

korupsi jangan kerjain

Jika kita perhatikan, lirik yang hilang tersebut penuh dengan kritik sosial bukan? Melalui lagu Hari Lebaran tersebut, Ismail Marzuki memberi gambaran pada kita bagaimana suasana kehidupan dan khususnya perayaan Idul Fitri di zamannya itu.

Ismail Marzuki mengkritik perilaku masyarakat kota dalam memaknai perayaan Idul Fitri. Tanpa menghaluskan bahasa, Ismail Marzuki langsung menampar dengan mengatakan "Kesempatan ini dipakai buat berjudi".

Setelah itu, Ismail Marzuki juga menggambarkan karakter masyarakat urban saat itu yang kerap melakukan kekerasan rumah tangga. Setelah menggambarkan bagaimana perilaku orang kota tersebut, Ismail Marzuki lantas memberi nasehat "Maafkan lahir dan batin".

Dengan kata lain, Ismail Marzuki melalui lirik lagunya meminta kita memaafkan perilaku orang kota yang saat Idul Fitri malah melakukan judi dan mabuk-mabukan dan tindak kekerasan rumah tangga. Jika ini dikaitkan dengan makna ucapan Minal Aidzin wal Faizin, pesan yang terkandung dalam lirik lagu ini sangat tepat:

 "Marilah kita (dalam suasana Idul Fitri) saling berlapang dada, mengulurkan tangan dan saling memaafkan dan mengucap Minal Aidzin wal Faizin. Semoga kita dapat kembali menemukan jati diri kita dan memperoleh ampunan, ridha dan kenikmatan surgawi."

Selain kritik pada perilaku sosial masyarakat kota, Ismail Marzuki juga menyelipkan kritik pada (pejabat) pemerintah. Melalui lirik "Selamat para pemimpin, Rakyatnya Makmur Terjamin", Ismail Marzuki menyindir secara halus kondisi bangsa Indonesia saat itu (tahun 1950-an). 

Padahal pada tahun 1950-an, saat usia bangsa Indonesia masih seumur jagung, kondisi rakyatnya jauh dari kata makmur dan terjamin. Kalau lirik lagu ini bukan kritik satir, apalagi makna yang terkandung di dalamnya?

Begitu pula pada lirik "'Lang taon hidup prihatin, Cari uang jangan bingungin". Entah ulang tahun siapa yang dimaksud Ismail Marzuki. Namun, kemungkinan besar yang dimaksud Ismail Marzuki adalah ulang tahun negara atau kemerdekaan RI yang pada tahun '50an dilakukan dalam suasana penuh keprihatinan.

Pada masa itu, mencari pekerjaan bukan hal yang mudah. Mungkin dengan lirik tersebut, Ismail Marzuki menitipkan pesan bahwa masih banyak hal yang perlu dikerjakan untuk membangun negara (daripada merayakan ulang tahun secara berlebihan).

Kritik keprihatinan tersebut diulang kembali pada dua bait terakhir. Kali ini, Ismail Marzuki menyoroti praktik korupsi yang pada masanya merajalela. 

Karena bangsa dalam suasana prihatin inilah Ismail Marzuki kemudian menyampaikan pesan "Kondangan boleh kurangin, Korupsi jangan kerjain". Jangan hidup berlebihan, jangan melakukan pemborosan, jangan melakukan korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun