Folder itu berisi media yang pernah diunggah/diposting pengguna hingga saat terakhir sebelum datanya diunduh. Mulai dari postingan foto di kronologi, story, video atau siaran langsung (direct).
Bagaimana bila ada foto atau story yang sudah dihapus? Apakah masih bisa dilihat aktivitasnya?
Masih bisa kok. Tapi tidak dalam bentuk file aslinya (foto/video). Melainkan data aktivitas yang dimasukkan dalam file enkripsi, yakni file berekstensi .json yang ada di bagian bawah folder-folder. File .json juga berisi aktivitas selain media, seperti komentar, profil, pesan hingga apa saja yang pernah dicari dan di-like oleh pengguna tersebut.
Cara membuka file .json juga mudah. Di internet tersedia banyak situs untuk mengonversi file .json menjadi bentuk excel.
Nah, dengan menggabungkan motif tindakan peretasan, serta bukti digital forensik ini, kita sudah bisa mengambil sebuah deduksi, apakah akun Instagram itu telah diretas orang lain atau tidak.
Apabila setelah postingan tidak wajar/anomali itu tidak ada aktivitas lain, kemungkinan besar akun itu memang benar diretas. Apabila setelah postingan anomali itu ada aktivitas lain dan tetap tidak wajar, kemungkinan besar akun itu sudah diretas.
Namun apabila setelah postingan tidak wajar itu ada aktivitas lain, dan aktivitas berikutnya ini menunjukkan perilaku pengguna yang normal, kembali seperti semula, kemungkinan besar akun itu tidak pernah diretas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H