"Daging para ulama itu beracun".Â
Ini kutipan dalam kitab Tabyin Kadzibil Muftari dari Ibnu Asakir, ulama pakar hadist sekaligus sejarawan dari Damaskus era klasik. Kutipan ini belakangan digelorakan kembali oleh banyak netizen muslim menyusul beredarnya hoaks dan fitnah terhadap UAS.
Hoaks dan fitnah yang disebar pertama kali melalui akun twitter @saididu yang diretas itu diluncurkan tak lama usai pertemuan UAS dengan Prabowo. Seolah membaca pertanda, dalam pertemuan tersebut UAS mengatakan, apapun yang akan terjadi pada dirinya, ia serahkan sepenuhnya pada Allah.
Hingga kini, belum ada tanggapan apapun dari pemerintah, khususnya Menkominfo terkait beredarnya fitnah terhadap UAS. Padahal, hoaks dan fitnah itu menyeret nama tokoh nasional Muhammad Said Didu, pembawa acara Karni Ilyas dan jaringan televisi nasional tvOneNews.
Alih-alih melemahkan, hoaks dan fitnah itu justru menambah ghiroh dan semangat dari pendukung Prabowo-Sandi untuk memastikan kemenangan capres/cawapres mereka, terutama dari kalangan pemilih muslim. Militansi mereka kian bertambah.
Hoaks dan fitnah itu juga bisa membentuk persepsi negatif dari masyarakat umum, menurunkan kepercayaan mereka pada pemerintah dan akhirnya melemahkan dukungan pada petahana. Pasalnya, pemerintah berjanji akan memberantas hoaks, tapi faktanya hingga kini tidak ada tanggapan apapun terhadap hoaks dan fitnah terbaru ini.
7. Migrasi dukungan para tokoh
Menjelang akhir masa kampanye, beberapa tokoh nasional mendeklarasikan dukungannya pada Prabowo-Sandi. Dua diantaranya adalah Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Dahlan Iskan. Tak hanya itu, sederet ulama yang pada pilpres 2014 lalu tidak pernah buka suara, pada pilpres kali ini dengan terbuka menyatakan dukungannya.
Catatan tersendiri untuk Dahlan Iskan, sesaat setelah deklarasinya, akun twitter milik mantan Menteri BUMN ini diretas. Akun twitter yang memiliki pengikut hingga 2,2 juta netizen ini hilang, halaman profilnya kosong tanpa ada tweet satu pun.
Sama seperti kasus fitnah terhadap UAS, kasus peretasan terhadap akun media sosial tokoh-tokoh yang mendukung Prabowo-Sandi juga bisa memberi efek migrasi pada tingkat pemilih. Publik akan mempersepsikan kasus ini sebagai kampanye negatif dari kubu petahana.
8. Pertanda dari Angka 8
Sebagai penutup dari 8 pertanda kemenangan Prabowo-Sandi ini adalah otak-atik angka 8. Di kalangan teman dekat dan militer, Prabowo dikenal memiliki nama sandi 08. Pemilihan presiden kali ini adalah untuk memilih calon presiden RI yang ke-8 (minus Syafrudin Prawiranegara).
Maka, bukankah cocok apabila Prabowo yang dikenal dengan sandi 08 akan menjadi presiden yang ke-8? Mengutip kata orang Jawa, "Ancen Wis Wayahe". Memang sudah saatnya. Dan tak salah pula apabila tulisan ini memuat 8 pertanda, meskipun sebenarnya banyak pertanda-pertanda lain yang ingin saya tuliskan.