Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali Tipe Pola Asuh Digital dan Batasan Waktu Layar Demi Kesehatan Mata Anak-anak

9 April 2019   09:15 Diperbarui: 9 April 2019   09:37 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: unsplash.com/@ilumire

Tidak mungkin anak-anak akan mengurangi penggunaan perangkat digital mereka. Di jaman sekarang, anak-anak tumbuh bersama dengan perangkat digital. Dalam konteks ini, perangkat digital yang dimaksud adalah semua perangkat yang memiliki layar yang memancarkan cahaya biru (blue light screen): televisi, komputer, tablet hingga smartphone.

Penggunaan perangkat digital adalah topik yang paling sering dibahas oleh orang tua dalam pola asuh mereka pada anak-anak. Banyak penelitian yang hasilnya memperingatkan para orang tua tentang dampak negatif dari penggunaan perangkat digital secara berlebihan. Lebih khusus lagi, efek membahayakan dari paparan cahaya biru yang memancar dari perangkat digital.

Apa itu cahaya biru yang ada di perangkat digital?

Layar LED komputer dan perangkat digital portabel memancarkan spektrum luas dari cahaya yang terlihat oleh mata (visible light). Sebagian besar sinar cahaya ini tidak berbahaya, tetapi ada bagian dari cahaya yang dipancarkan oleh layar ini adalah cahaya berenergi relatif tinggi yang disebut "cahaya biru."

Cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek dan energi lebih tinggi dari sinar cahaya tampak lainnya. Penelitian laboratorium menunjukkan pita cahaya biru tertentu mungkin berbahaya bagi retina mata yang sensitif terhadap cahaya dari waktu ke waktu.

Manusia tidak mungkin menghindar dari paparan cahaya biru. Sinar matahari juga mengandung cahaya biru yang bahkan jauh lebih banyak dan energinya lebih besar. Tapi, paparan cahaya biru matahari hanya terjadi sejak matahari terbit hingga tenggelam di ufuk barat.

Sedangkan paparan cahaya biru dari perangkat digital bisa terjadi setiap saat bahkan di waktu malam hari. Ibaratnya, kita sudah terpapar cahaya biru matahari, ditambah lagi dengan paparan cahaya biru dari perangkat digital yang kita gunakan sehari-hari.

Risiko paparan cahaya biru yang berlebihan

Cahaya biru memainkan peran penting dalam mengatur ritme sirkadian tubuh kita. Ini adalah jam internal yang berjalan di otak manusia dan siklus antara kewaspadaan dan kantuk secara berkala selama 24 jam. Sederhananya, cahaya biru berpengaruh terhadap siklus tidur / bangun kita sehari-hari.

Pada anak-anak, siklus tidur/bangun yang terganggu menyebabkan kantuk di siang hari. Tentu saja hal ini berpengaruh langsung terhadap prestasi mereka di sekolah. Gangguan siklus tidur / bangun juga pada akhirnya dapat menyebabkan penambahan berat badan dan masalah kesehatan lain terkait obesitas.

Lebih dari itu, efek terburuk dari paparan cahaya biru adalah gangguan kesehatan mata. Pesatnya peningkatan miopia, atau rabun jauh, di seluruh dunia telah dikaitkan dengan peningkatan penggunaan dan paparan cahaya biru perangkat digital. Di Singapura, misalnya, 65 persen siswa di kelas 6 menderita rabun jauh. Di Amerika Serikat dan Eropa, di mana tingkat miopia secara tradisional lebih rendah, sekitar setengah dari orang dewasa muda sekarang menderita miopia, melonjak tajam dibandingkan pada tahun 1970-an yang hanya seperempatnya.

Cara mengantisipasi efek berbahaya dari paparan cahaya biru perangkat digital

Jadi, apa yang seharusnya dilakukan orang tua sekarang supaya anak-anak bisa terhindar dari efek berbahaya paparan cahaya biru dari perangkat digital?

Seperti yang disebutkan di awal, tidaklah mungkin untuk memisahkan anak-anak dengan perangkat digital. Para ilmuwan dan dokter di American Academy of Pediatrics (AAP) menekankan pentingnya mengurangi waktu layar (screen time) bagi anak-anak. Yang dimaksud "waktu layar" ini mengacu pada jumlah waktu yang dihabiskan seseorang menatap layar perangkat digital seperti televisi, komputer, tablet dan smartphone.

Rekomendasi dari AAP terkait waktu layar ini diantaranya adalah:

  • Untuk anak-anak di bawah 18 bulan, hindari penggunaan media layar selain untuk tontonan. Orang tua dari anak-anak berusia 18 hingga 24 bulan yang ingin memperkenalkan media digital harus memilih program berkualitas tinggi, dan menontonnya bersama anak-anak mereka untuk membantu mereka memahami apa yang mereka lihat.
  • Untuk anak-anak usia 2 hingga 5 tahun, batasi penggunaan layar untuk 1 jam per hari dari program-program berkualitas tinggi. Orang tua harus melihat bersama dengan anak-anak untuk membantu mereka memahami apa yang mereka lihat dan menerapkannya pada dunia di sekitar mereka.
  • Untuk anak-anak usia 6 dan lebih tua, berikan batasan yang konsisten pada waktu yang dihabiskan dalam menggunakan perangkat digital, dan jenis medianya. Pastikan juga bahwa penggunaan perangkat digital tersebut tidak menggantikan/mengurangi waktu tidur yang cukup, aktivitas fisik, dan perilaku lain yang penting bagi kesehatan anak-anak.
  • Tentukan waktu bebas perangkat digital bersama-sama. Libatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan ini, seperti dilarang bermain gadget saat sedang makan malam atau mengemudi. Tentukan pula lokasi bebas perangkat digital di rumah.  Seperti dilarang menggunakan gadget selama aktivitas di kamar tidur.
  • Menjelaskan pada anak-anak pentingnya kewarganegaraan digital dan keamanan online (Digital Citizenship), termasuk memperlakukan orang lain dengan hormat baik secara online dan offline.

Sejalan dengan rekomendasi dari AAP, para ilmuwan dan dokter dari Royal College of Pediatrics and Child Health (RCPCH) juga merekomendasikan pentingnya menyesuaikan jumlah waktu yang dihabiskan di layar oleh semua anggota keluarga, tergantung pada apa yang penting kepada mereka dan anak mereka. 

Meskipun dalam hal jumlah waktu layar, para ilmuwan di RCPCH belum menemukan bukti ilmiah yang signifikan terkait berapa banyak waktu layar yang semestinya diperbolehkan bagi kelompok usia tertentu.

Tipe Pola Asuh Digital yang disarankan

Berdasarkan rekomendasi dari AAP dan RCPCH tersebut, ada satu garis kesimpulan yang bisa kita tarik: Yakni pentingnya mengenali dan menjaga pola asuh digital pada anak-anak. Terkait hal ini, peneliti sekaligus penulis buku Alexandra Samuel mengatakan bahwa menuduh gawai/perangkat digital sebagai sumber masalah dari kesehatan dan kehidupan sosial anak-anak bisa jadi salah arah.

Sebuah penelitian yang dilakukan Alexandra Samuel mengungkapkan bahwa alih-alih menjauhkan anak-anak dari gawai, strategi yang paling sukses dalam mendidik anak di era digital ini adalah dengan merangkulnya.

Penulis buku Work Smarter With Media Social ini melakukan survei terhadap 10 ribu orang tua di wilayah Amerika Utara. Berdasarkan surveinya tersebut, Samuel menyatakan tipe pola asuh digital dari orang tua dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan cara orang tua membatasi atau membimbing waktu layar anak-anak mereka dari gawai. Yang mana masing-masing kelompok memiliki sikap yang berbeda terhadap teknologi.

  • Kelompok pertama disebut Samuel sebagai Enabler Digital. Mereka adalah orang tua yang membiarkan anak-anaknya memiliki banyak waktu layar dan akses ke perangkat digital. Dipicu oleh hype seputar gadget dan aplikasi, orang tua jenis ini bisa dilihat dari bagaimana anak-anak dan keluarga mereka menggunakan teknologi.
  • Tipe kedua adalah Limiter Digital. Orang tua yang masuk dalam kelompok ini fokus pada meminimalkan penggunaan gawai dan teknologi digital pada anak-anak mereka.
  • Sedangkan tipe orang tua ketiga yang menurut Alexandra Samuel paling sesuai untuk diterapkan dalam mendidik anak-anak di era digital adalah yang disebutnya Mentor Digital. Orang tua dengan pola asuh digital jenis ini berperan aktif dalam menyiapkan anak-anak mereka untuk dunia yang penuh dengan layar, bekerja aktif untuk membentuk keterampilan dan pengalaman online dari anak-anak mereka.

***

Bagaimanapun juga, teknologi adalah bagian integral dari kehidupan anak-anak dan remaja. Sebagai orang tua, kita tahu betapa mustahilnya memisahkan anak-anak dari penggunaan teknologi digital. Perangkat digital layaknya sebuah pisau, bila dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan kebaikan pula. Sebagai alat komuniasik, sebagai alat hiburan yang positif, hingga sebagai sarana pendidikan bagi anak-anak. Sisi positif dari perangkat digital inilah yang sebisa mungkin harus orang tua kedepankan.

Tidak dengan cara melarang secara mutlak, namun sesuai dengan rekomendasi dari para dokter dan ilmuwan diatas, orang tua harus bisa menyesuaikan penggunaan perangkat digital. Ketahui batasan usia anak dengan jumlah waktu layar dan jenis media digital bagi mereka. Libatkan anak-anak dalam pembatasan waktu layar dan berinteraksi secara penuh dengan komunikasi yang hangat dalam keluarga.

Yang lebih penting lagi, orang tua juga harus bisa memberi contoh. Setiap orang dewasa dalam keluarga harus bisa merefleksikan jumlah waktu tayang dari penggunaan perangkat digital mereka sendiri agar memiliki pengaruh positif pada anggota keluarga yang lebih muda.

Referensi:

1. AAP

2. RCPCH

3. Digital Parenting Style

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun