Ini bukan perkara membanding-bandingkan jumlah massa, atau berlomba-lomba untuk mengumpulkan massa paling banyak. Jangan pula dianggap sebuah pertandingan saling berebut klaim kampanye akbar mana yang paling besar. Tapi, tak kurang dari cawapres 01 sendiri yang sesumbar mengatakan kampanye akbar capres/cawapres 01 pada 13 April mendatang tak akan kalah hebohnya.
Menurut cawapres nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin, massa yang akan hadir di kampanye akbar Jokowi-Ma'ruf pada 13 April mendatang juga tidak akan kalah besar.
"Menurut saya biasa aja. Tunggu nanti, 13 (April) nanti," ujar Kiai Ma'ruf saat ditemui di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (7/4/2019).
Kiai Ma'ruf mengatakan, pada Pilpres 2014 lalu massa yang hadir juga sangat banyak. Bahkan, kata dia, kemungkinan lebih besar dari jumlah massa kampanye akbar Prabowo-Sandiaga di SUGBK.
(Sedikit catatan pribadi, saya berprasangka baik bahwa pernyataan KH Ma'ruf Amin tersebut tidak didasari rasa iri, namun lebih pada sebuah usaha memotivasi pendukungnya untuk datang berduyun-duyun menghadiri kampanye akbar pasangan capres/cawapres nomor urut 01 nanti.)
Sesumbar cawapres 01 ini pun diamini oleh Tim Kampanye Nasional paslon 01.
"Kami tidak banyak koar-koar, lihat faktanya nanti, yang jelas akan jauh lebih banyak," ujar Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding, kepada wartawan, Senin (8/4/2019).
Ok, kembali pada pertanyaan semula, mampukah?
Terlepas dari perdebatan mengenai jumlah massa yang datang, baik itu diukur secara simulasi luas lapangan maupun diukur dari penglihatan mata batin, saya meragukan kampanye akbar capres/cawapres nomor 01 bisa menghadirkan massa sebanyak kampanye akbar Prabowo-Sandi pada Minggu (7/4) kemarin.
Alasannya cuma satu, seperti yang berulangkali saya ulas sebelumnya: militansi pendukung!
Tanpa didasari karakter militan dan loyalitas yang begitu kuat, sulit rasanya membayangkan pendukung capres 01 akan berduyun-duyun datang dari segenap penjuru daerah dan memenuhi stadion GBK dan sekitarnya. Fenomena anomali yang terjadi pada setiap kampanye capres 01 di berbagai daerah rasanya sudah cukup untuk mendukung argumen keraguan saya tersebut.
Namun, KH Ma'ruf Amin boleh berbesar hati dan berharap banyak kampanye pasangan calon 01 nanti bisa melampaui kampanye akbar Prabowo-Sandi. Status calon incumbent pada capresnya bisa mewujudkan harapan beliau. Dengan status sebagai calon presiden yang masih menjabat, capres 01 mempunyai banyak privilige yang tidak dimiliki Prabowo-Sandi.
Oleh KPU dan dipertegas melalui keputusan Mahkamah Konstitusi, capres 01 yang merupakan presiden incumbent diperbolehkan menggunakan fasilitas negara yang melekat dalam kapasitasnya sebagai presiden untuk kegiatan kampanyenya. Dengan begitu, capres 01 bisa menggunakan privilige-nya tersebut untuk mengerahkan massa.
Rasanya tidak sulit untuk memerintahkan dan meminta bantuan para gubernur dan bupati yang sudah mendeklarasikan dukungannya agar membawa rombongan massa dari daerahnya masing-masing. Tidak sulit pula untuk memerintahkan para Dirut BUMN supaya mengerahkan para karyawannya untuk hadir dalam kampanye mereka nanti.
Apakah saya sedang menuduh bakal terjadi aksi pengerahan massa dengan menyalahgunakan wewenang dan jabatan? Demi sebuah klaim kampanye terbesar yang melampaui kampanye rivalnya? Tidak.
Hanya saja, tendensi ke arah tersebut bisa terjadi. Abuse of power bisa terjadi dan bisa dilakukan, Â bukan oleh capres 01 sendiri. Melainkan oleh orang-orang di sekitarnya. Seperti yang dikatakan Prabowo dalam debat capres keempat kemarin, hal-hal seperti ini biasanya dilakukan karena prinsip ABS, Asal Bapak Senang. Bahasa kotornya adalah sedang mencari muka.
Meski begitu, perlombaan mendatangkan jumlah massa dan aksi saling klaim kampanye mana yang terbesar bukan jaminan untuk bisa memenangkan kontestasi pemilu. Kali ini saya sepakat dengan Wakil Direktur TKN, Daniel Johan, bahwa kampanye terbuka tidak semata-mata bertanding soal jumlah massa yang hadir. Kampanye terbuka adalah ajang edukasi bagi masyarakat pemilih untuk menggunakan hak pilih mereka pada 17 April mendatang.
"Sebagai media untuk mengedukasi masyarakat tentang pemilu dan demokrasi, tentang nasib bangsa yang ada di dalam pilihan rakyat," kata Daniel Johan.
Tentang edukasi ini, kampanye akbar Prabowo-Sandi sudah memberi bukti. Tidak hanya edukasi tentang pemilu dan demokrasi, lebih dari itu kampanye akbar Prabowo Sandi juga memberi edukasi pada khalayak yang hadir sekaligus masyarakat seluruh Indonesia, bagaimana sebuah kampanye tidak harus melulu berisi hiburan musik. Bagaimana sebuah kampanye akbar bisa dilakukan dengan tertib dan aman, sekaligus bersih!
Lihatlah bagaimana kondisi SUGBK pasca kampanye akbar di hari Minggu kemarin. Dalam hitungan 1,5 jam, nyaris tidak terlihat ceceran sampah di sekeliling stadion dan area sekitarnya. Relawan bagian kebersihan dengan antusias dan penuh kerelaan membersihkan setiap ceceran sampah dari pendukung yang hadir di dalam maupun di luar GBK.
Seandainya tolok ukur kebesaran dan kesuksesan kampanye akbar itu berdasarkan banyaknya jumlah massa yang hadir, ditambah dengan kebersihan area pasca kampanye, keraguan saya sepertinya akan terbukti, bahwa kampanye akbar pasangan calon nomor 01 nanti tidak akan bisa menandingi kampanye akbar Prabowo-Sandi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H