Pendukung pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandi melakukan serangan fajar. Tapi mereka tidak mengetuk pintu-pintu rumah dengan amplop berisi uang atau paket sembako. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada Minggu (7/3) dinihari itu menjadi saksi bagaimana serangan fajar dari pendukung Prabowo-Sandi dilakukan dengan mengetuk pintu langit.
Sebelum fajar menyingsing, ratusan ribu massa pendukung Prabowo-Sandi sudah memadati area GBK. Mereka melantunkan sholawat, sholat Subuh berjamaah. Memasrahkan diri bermunajat bersama untuk kebaikan, keamanan dan persatuan. Memohon kemenangan pasangan Prabowo-Sandi yang mereka harapkan bisa membawa asa baru untuk kemenangan Indonesia.
Kampanye Akbar Prabowo-Sandi ini bisa dibilang kampanye yang paling fenomenal sepanjang sejarah pesta demokrasi di Indonesia. Kampanye ini juga bisa menjadi gambaran betapa militannya pendukung pasangan capres/cawapres ini.
Meskipun dipusatkan di Jakarta, ratusan ribu dari jutaan massa yang hadir datang dari luar Jakarta, tak terhitung pula yang datang dari luar pulau Jawa. Mereka dengan kesadaran dan kerelaan diri datang menggunakan biaya sendiri. Tak perlu diiming-imingi uang saku transportasi.
Jauh-jauh hari undangan untuk menghadiri kampanye akbar ini sudah disebar melalui media sosial. Meskipun diselenggarakan hari minggu, sejak Sabtu (6/4) ribuan pendukung Prabowo-Sandi sudah berdatangan ke Ibukota.
Mereka memesan dan menginap di hotel-hotel sekitar kawasan GBK. Padahal tarif hotel di kawasan tersebut jauh dari kata murah. Bisa dibayangkan sendiri, berapa okupansi dan nilai keuntungan yang didapat manajemen hotel tersebut. Ini adalah setitik berkah dari adanya kampanye akbar tersebut.
Salah satu motivasi utama dari antusiasnya masyarakat pendukung Prabowo-Sandi menghadiri kampanye akbar di GBK karena ini adalah puncak kampanye. Mereka seolah merasa tidak afdhol jika tidak ikut hadir dalam puncak kampanye karena sejak awal mereka sudah ikut kampanye Prabowo/Sandi di daerah masing-masing.
Seandainya boleh diibaratkan orang yang mengikuti ritual ibadah haji, haji mereka tidak sah lantaran tidak wukuf di Arafah. Nah, kampanye pasangan nomor 02 di GBK ini diibaratkan sebagai puncaknya, "wukuf di Arafah".
Jutaan massa yang menghadiri kampanye akbar Prabowo-Sandi ini juga seperti mengirim sinyal jelas dan pesan yang kuat, bahwa masyarakat menginginkan perubahan. Mereka menginginkan kemandirian bangsa dan narasi pembangunan yang mengedepankan akal sehat.
Ya, diksi "akal sehat" selama ini memang kerap digaungkan pendukung Prabowo-Sandi. Bukan tanpa alasan jika mereka sering melontarkan diksi ini. Juga bukan dengan maksud untuk merendahkan mereka yang tidak berpihak dan sependirian. Mereka melontarkan diksi "Akal Sehat" sebagai upaya untuk menyadarkan kembali narasi pembangunan yang disesatkan oleh pemerintah selama 4,5 tahun.
Seumur hidup sebagai warga negara Indonesia yang sadar politik dan memiliki hak suara, belum pernah saya menjumpai pemimpin negara yang dipoles dan dicitrakan demikian hebatnya oleh media selain Jokowi. Pencitraan yang dilakukan media terhadap Jokowi begitu hebatnya, hingga membuat banyak pendukungnya terjebak dalam glorifikasi dan pengkultusan pribadi. Lihatlah bagaimana mereka memberitakan proses pembangunan di negara kita. Semua berkat jasa Jokowi.
Presiden Jokowi selama kepemimpinannya memang berjasa. Banyak pembangunan dilakukan, terutama dalam sektor infrastruktur. Sayang sekali, narasi yang menyertai pembangunan tersebut dibelokkan sedemikian rupa, sehingga seolah-olah hanya Presiden Jokowi lah yang melakukannya. Mengabaikan apa yang sudah dirintis dan dilakukan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Inilah salah satu bentuk "kesesatan" yang bisa mendegradasi akal sehat kita.
Tak hanya itu, beberapa pernyataan yang disampaikan pemerintah, baik itu datang dari Presiden Jokowi sendiri maupun pejabat dan organisasi pendukungnya juga sering ambigu, bias dan tendensius dalam memandang dan memperlakukan pihak yang berseberangan.
Mereka sering menuduh Prabowo menebar ketakutan dan rasa pesimis. Padahal tanpa disadari, mereka sendiri juga sering menebar ketakutan pada masyarakat.
Masih segar dalam ingatan dan jejak digital, bagaimana narasi yang mereka bentuk sewaktu kontestasi pilkada DKI Jakarta. Pendukung calon petahana menebar ketakutan bahwa Jakarta akan dibuat bersyariah dan kondisinya akan menjadi seperti Suriah. Faktanya, 1,5 tahun gubernur terpilih Anies Baswedan memimpin ibukota, suasana justru sangat kondusif dan sejuk.
Baru-baru ini saja Presiden Jokowi juga "menebar ketakutan", meskipun dibalut dengan saran kewaspadaan akan pentingnya persatuan dan kesatuan. Bahwa jangan sampai kita menjadi Afghanistan, terpecah belah dalam perang antar saudara sendiri. Seandainya pernyataan itu dilontarkan oleh Prabowo, bisa dibayangkan sendiri bagaimana media akan menggorengnya sedemikian rupa. Bahwa Prabowo pesimis, menebar teror rasa takut, dan narasi negatif lainnya.
Seperti inilah gambaran dari "ketidaksehatan akal" yang disodorkan pemerintah pada kita semua. Dan pada kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK Minggu pagi tadi, jutaan massa yang hadir menginginkan perubahan. Menginginkan kemenangan Indonesia yang berakal sehat.
Jutaan massa yang hadir di kampanye Akbar Prabowo-Sandi juga bisa dikatakan mempertegas fenomena anomali yang terjadi selama kontestasi pilpres 2019. Hampir semua lembaga survei mengunggulkan elektabilitas pasangan nomor 01 dibandingkan Prabowo-Sandi, dengan selisih yang cukup timpang. Tapi fakta di lapangan justru berkebalikan.
Ribuan massa selalu hadir dalam setiap kampanye yang dilakukan Prabowo maupun Sandiaga Uno. Hal yang berbeda dialami pasangan nomor 01. Dalam setiap kampanye yang dilakukan, massa yang hadir tidak sebanyak massa pendukung Prabowo-Sandi. Padahal dalam setiap survei, mereka diklaim selalu unggul jauh.
Melihat fenomena anomali tersebut, wajar bila pendukung Prabowo-Sandi selalu percaya diri dan mengabaikan hasil survei yang menempatkan elektabilitas Prabowo-Sandi masih kalah. Mereka seolah yakin, untuk kali keduanya lembaga survei akan menelan ludah, seperti ketika mereka memprediksi hasil kontestasi pilkada DKI Jakarta.
Keyakinan mereka kian dipertegas usai acara kampanye akbar di GBK. Di mana jutaan massa yang hadir pada kampanye tersebut, seolah hendak memperlihatkan pada jutaan rakyat Indonesia yang lain, bahwa kemenangan Prabowo-Sandi sudah kian dekat. Mengutip slogan kampanye mereka, wis wayahe, sudah saatnya Prabowo memimpin Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H