Stereotype penonton terhadap film superhero DC Comics itu: gelap, suram dan serius. Nyaris tanpa rasa humor. Kalaupun ada, humornya juga humor yang tidak mudah dibaca dan dimengerti orang awam.
Stereotype yang dibangun sejak Christopher Nolan menukangi trilogi Batman dan kemudian dipertegas oleh Zack Snyder lewat trilogi Man of Steel, Batman vs Superman dan Justice League. Oh ya, jangan lupakan juga film kumpulan villains yang dijadikan superhero, Suicide Squad.
Harapan untuk bisa melihat film superhero DC yang penuh warna hampir didapatkan pada Aquaman. James Wan memang bisa membuat film tersebut tampil mempesona. Penggambaran dunia bawah laut yang warna-warni, plot yang lumayan ringan, tapi tidak meninggalkan ciri khas DC: masih tetap terkesan serius.
Ketika DC mengonfirmasi Shazam!, penggemar DC sudah menanti dengan harap-harap cemas. Trailernya terlihat menjanjikan. Meriah, penuh warna dengan sisipan humor yang mudah dimengerti.
DC seolah ingin mengejar ketertinggalan mereka dengan pesaing abadinya, Marvel Comics dalam membuat film superhero yang bisa diterima semua kelas penonton. Dan hal itu akhirnya dibuktikan oleh penulis Henry Gayden dan sutradara David F. Sandberg yang membalikkan semesta superhero DC. Dari kesan suram menjadi penuh gelak tawa.
Kerjasama keduanya memang patut dihargai. Tapi kekuatan Shazam! dalam membalikkan stereotype film superhero DC sebenarnya ada pada ceritanya sendiri. Shazam! Didasarkan pada fantasi masa kecil. Dengan dasar itu, Gayden dan Sandberg tidak kesulitan untuk menerjemahkannya dalam cerita film yang jauh dari kesan gelap, suram dan serius.
Shazam = Captain Marvel versi DC
Shazam pertama kali muncul dalam edisi kedua Whiz Comics pada Februari 1940, yang dibuat oleh seniman komik C.C. Beck dan penulis Bill Parker. Dalam komiknya aslinya, seorang penyihir memberi Batson kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi pahlawan super bernama Captain Marvel hanya dengan mengucapkan kata "Shazam," yang merupakan singkatan dari "Solomon, Hercules, Atlas, Zeus dan Mercury." Nama-nama dalam mitologi Yunani ini melambangkan kekuatan super yang ada pada superhero tersebut.
Captain Marvel versi DC ini sempat mati suri pada dekade 1950-an seiring dengan perebutan hak cipta oleh perusahaan yang sekarang kita kenal sebagai DC Comics. Setelah semua permasalahan hukum selesai, Captain Marvel berkumpul dalam semesta superhero DC Comics dengan nama baru Shazam. Hal ini dilakukan DC untuk menghindari kebingungan pembaca karena pada saat itu ada Captain Marvel lain yang baru saja merilis debutnya.
Kisah Superhero Tanpa Nama
Shazam sebenarnya mantra sihir, bukan nama dari pahlawan supernya. Dalam film Gayden dan Sandberg, superhero alter ego Billy ini tetap tanpa nama, bahkan sampai akhir cerita.