Seperti ketika Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjend. Pol. Dedi Prasetyo menjelaskan soal netralitas aparat di pemilu dalam telewicara dengan salah satu stasiun televisi. Saat ditanya tanggapannya mengenai pendataan pemilih oleh pihak kepolisian, Brigjend. Pol. Dedi Prasetyo memberi contoh,
"Ini contohnya ya Mas, andaikata, apa namanya...pendukung 1 kekuatannya 50, pendukung.....B kekuatannya 50, kalau kekuatannya sama, dalam arti tidak militan, ini masih dalam kategori aman."
Potongan video wawancara ini lantas menjadi viral karena keanehannya. Masak angka 1 diperbandingkan dengan huruf B? Di mana-mana perbandingan itu mengambil bentuk yang sama. Angka diperbandingkan dengan angka, huruf diperbandingkan dengan huruf. Namun, dalam telewicara tersebut, Brigjend Dedi seperti menghindari penyebutan angka 2.
Tak hanya Brigjend Dedi yang sepertinya terjangkit diphobia, Presiden Jokowi pun tertular phobia angka 2! Saat membuka acara jalan sehat di Kendari Sabtu, 2 Maret 2019 lalu, Presiden Jokowi menghilangkan penyebutan angka 2 dalam hitung mundur yang beliau lakukan.
"Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, jalan sehat ini kita mulai. Lima, empat, tiga, satu!" teriak Jokowi seraya mengangkat bendera dari atas panggung.
Bukan cuma sekali saja Jokowi bersikap antipati terhadap angka 2. Saat mengucapkan selamat kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri pada perayaan ulang tahun ke-72, Jokowi juga menghindari menyebut angka dua.
"Saya sampaikan (selamat) ulang tahun yang ke-71 ditambah 1Â dan semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepada beliau, memberikan kebahagian kepada Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Jokowi di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Rabu (23/1/2019) lalu.
Begitu pula ketika Jokowi berkunjung ke Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah pada Jumat (1/2) kemarin. Kunjungan tersebut merupakan kali kedua untuk Jokowi.
"Ini kehadiran saya untuk yang kesatu ditambah satu," kata Jokowi di Ponpes Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2).
Alergi terhadap angka 2 juga ditunjukkan mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama. Melalui postingan vlog di YouTube "Panggil Saya BTP", urutan vlog melompat, langsung dari 1 ke 3. Tak ada nomor dua. Judul Vlog tersebut adalah BTPVLOG #3-Silaturahmi dengan keluarga Hoegeng.
Memangnya ada apa dengan angka 2 bagi sebagian penduduk di Indonesia? Apakah ada mitos, takhayul khusus yang melekat pada angka 2 dan begitu menakutkan sehingga harus dihindari penyebutannya?