Jika ingin mencari tahu anak muda macam apa yang diidamkan bangsa ini, carilah petunjuknya pada karya fiksi yang hadir ditengah-tengah mereka. ~ Anonim ~
Dilan adalah fenomena kekinian. Tak hanya digandrungi generasi tahun 90'an, tokoh fiksi dari Pidi Baiq ini juga juga sukses membuat histeria generasi Z. Novelnya laris bak kacang goreng. Filmnya dilihat jutaan penonton.
Saking fenomenalnya nama Dilan, pada hari saat filmnya ditayangkan serentak, hari tersebut dinamakan Hari Dilan. Tak hanya itu, nama Dilan juga bakal diabadikan menjadi nama sebuah taman.
Produser dari Max Pictures Ody Mulya Hidayat mengatakan, gala premiere yang digelar pada 24 Februari lalu menjadi momen khusus dan tanggal tersebut dijadikan Hari Dilan.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berinisiatif membangun taman bernama Taman Dilan. Tujuannya untuk mengabadikan pencapaian positif film yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq itu.
Rencananya, lokasi Taman Dilan berada di GOR Saparua, Bandung. Taman ini nanti akan diisi dengan mural dan gambar para pemeran film Dilan. Selain itu, kalimat-kalimat khas dari Pidi Baiq akan mewarnai taman tersebut.
Di luar faktor kesuksesan pasar, baik itu novel maupun filmnya, mengabadikan nama tokoh fiksi untuk nama sebuah fasilitas publik sangat berlebihan. Seolah-olah bangsa ini kekurangan tokoh panutan.
Apalagi terkait penamaan fasilitas publik dengan nama dari tokoh fiksi. Karena ini adalah fasilitas publik, pemberian namanya semestinya mengikuti norma, baik itu norma hukum maupun norma sosial kemasyarakatan.Â
Fasilitas publik yang berupa taman, jalan atau gedung adalah simbol bagi sebuah kota. Sebagai simbol, ia tidak hanya berfungsi sekedar hiasan atau aksesori saja. Lebih dari itu, ia juga bisa mempresentasi sebuah identitas dari masyarakat kota tersebut.
Sebagai masyarakat biasa, saya menghargai inisiatif gubernur Ridwan Kamil untuk membangun sebuah taman bagi anak-anak muda, yang juga diharapkan bisa mendongkrak pariwisata daerah. Tapi, apakah tidak ada nama dari tokoh yang lebih layak, yang lebih bisa dijadikan panutan daripada nama karakter fiksi?