Untuk menyosialisasikan gerakan menabung di kalangan anak sekolah dan anak muda, pemerintah menyelenggarakan sayembara mengarang bacaan anak tingkat nasional. Hasilnya, terbit buku Tabanas Membawa Bahagia yang ditulis Jauhari Iskak pada 1977. Dalam buku ini Jauhari mengisahkan seorang anak yang gemar menabung mendapat undian berhadiah sehingga mendorong orangtuanya untuk menabung pula.
Dari semua bank yang dilibatkan pemerintah dalam program Tabanas dan Taska ini, BTN mendapat perlakuan khusus yang istimewa. BTN diperbolehkan menggandeng Kantor Pos sebagai kantor kas tempat penyetoran dan pengambilan dana tabungan. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih mudah untuk menabung karena tidak harus datang ke bank yang saat itu jumlah kantor kasnya terbatas. Karena itu, di buku Tabanas dari BTN, ada kolom validasi yang ditandatangani oleh Pegawai Pos.
Tabanas kemudian menjelma menjadi tabungan favorit masyarakat. Ini karena Tabanas bebas biaya administrasi dan sangat terjangkau terutama bagi para pelajar karena saldo minimalnya sangat kecil sehingga para pelajar bisa menyisihkan sedikit uang sakunya untuk ditabung.
Sayangnya, program Tabanas harus berakhir riwayatnya seiring pemberlakuan kebijakan liberalisasi dan deregulasi perbankan. Pada 1 Desember 1989, Bank Indonesia di bawah Gubernur Andrianus Mooy, mengeluarkan SK Direksi BI No 22/63/KEP/DIR yang isinya mencabut sejumlah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia yang menjadi dasar dan terkait dengan penyelenggaraan Tabanas dan Taska.
Pada tanggal yang sama, terbit pula Surat Edaran Bank Indonesia No. 22/133/UPG yang menyebutkan bahwa jaminan Bank Indonesia terhadap Tabanas dan Taska juga dicabut. Ini artinya setiap bank tidak lagi diwajibkan menjalankan Tabanas, meskipun masih diperkenankan menggunakan nama Tabanas dengan menambahkan identitas bank yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap bank diperbolehkan menerbitkan jenis tabungan sendiri-sendiri. Secara perlahan, Tabanas pun hilang dari peredaran.
***
 Keikutsertaan Bank Tabungan Negara dalam menyelenggarakan dan membesarkanTabanas, bahkan menjadi bank favorit bagi para pelajar dan anak-anak muda untuk menabung di Tabanas saat itu menjadi bukti kedekatan BTN dengan generasi muda. Karena itu, tak salah kiranya apabila dalam perjalanan panjang usianya hingga 69 tahun sekarang ini, BTN merangkul generasi milenial, menggelorakan kembali semangat menabung pada generasi muda Indonesia.
Riwayat Tabanas memang sudah berakhir. Tapi bukan berarti semangat dan kemudahan untuk menabung bagi generasi milenial juga harus meredup. BTN masih meneruskan tradisi kemudahan menabung di Kantor Pos dengan produk Tabungan BTN eBataraPos.
Selain kemudahan dalam hal lokasi penyetoran dan penarikan, BTN juga meneruskan tradisi Tabanas yang memberi kemudahan jumlah setoran awal dan setoran minimal. Melalui produk Tabunganku, BTN ingin masyarakat Indonesia terutama generasi milenial memiliki pemahaman perbankan dan bisa merencanakan keuangan mereka sejak dini dengan persyaratan yang mudah dan ringan.