"Saya masih menuliskan semua tulisan saya pada mesin DOS lama yang menjalankan WordStar 4.0," kata Martin.Â
Selain menulis dengan Wordstar, satu hal lagi yang membuat George Martin istimewa adalah kemauannya untuk tidak diganggu oleh yang namanya internet dan media sosial!
 "Saya tidak (ada) di Facebook. Saya tidak (ada) di Twitter. Saya tidak akan membahas hal baru berikutnya, yang membuat Facebook dan Twitter sama usangnya dengan GEnie dan CompuServe dan The Source, komunitas-komunitas tenang di masa lalu, " kata Martin.
***
Dari sepenggal cerita George Martin tersebut, ada 3 pelajaran yang bisa kita petik:
1. Konsistensi
Martin adalah seorang penulis yang bekerja selama dua puluh tahun sebelum ia duduk untuk menulis A Game of Thrones. Dia menulis naskah pertunjukan yang dibatalkan dan mendapati dirinya tanpa pekerjaan beberapa tahun lamanya.
Dia menulis buku-buku di awal karirnya, tapi semuanya gagal secara komersial. Tetapi hal itu tidak mematahkan konsistensinya dalam menulis. Setiap kali gagal, dia menulis, begitu seterusnya.
Bahkan seandainya serial A Song of Ice and Fire juga tidak berhasil mengangkat namanya, saya percaya Martin akan terus menulis. Martin tidak hanya konsisten menulis saat dia masih gagal atau mulai menemui kesuksesan. Martin hanya konsisten pada tulisan, itu saja.
2. Kesabaran
Setiap orang tentunya ingin mencapai kesuksesan secepat mungkin. Seandainya bisa, kesuksesan dan ketenaran itu diraih saat karya pertamanya diluncurkan. Saya yakin George Martin pun begitu. George Martin juga ingin buku pertamanya langsung terjual 25 juta kopi, dan tidak harus menunggu selama 20 tahun dengan berganti-ganti pekerjaan. Semua penulis memiliki mimpi yang sama seperti itu.
Yang membedakan George Martin dengan kebanyakan penulis lain termasuk kita adalah, dia tidak membiarkan obsesi untuk sukses dalam semalam menggagalkan komitmennya, menggagalkan konsistensinya dalam menulis setiap hari. Secara tersirat, George Martin memberi pelajaran bahwa pertunjukan kesabaran terbesar itu terdapat dalam komitmen berkelanjutan pada suatu proses ketika kita belum diberi imbalan.
3. Fokus
Martin menulis di komputer dengan program pengolah kata yang jadul, tanpa internet, tanpa media sosial, tanpa aplikasi atau gangguan apapun.
Bagi Martin, komputernya sudah dapat melakukan satu hal yang sangat penting baginya: mengetik kata-kata. Dan mengetik kata-kata adalah keahliannya. Itulah yang perlu ia ciptakan. Martin 100 persen fokus untuk melakukan pekerjaan yang penting dan dia telah sepenuhnya menghilangkan segala sesuatu yang menghambat tujuannya tersebut.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!