Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jika Seperti Ini Terus, Prabowo-Sandi Bisa Menang Pilpres 2019

5 Februari 2019   22:29 Diperbarui: 5 Februari 2019   22:33 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: detikcom/Lamhot Aritonang

Ada yang berbeda dari pola kampanye kedua pasangan calon presiden/wakil presiden dalam minggu ini. Jika sebelumnya pasangan Prabowo-Sandi banyak mengumbar pernyataan menyerang yang sering kontroversial, kali ini sebaliknya. Prabowo-Sandi lebih banyak diam. Mereka seolah sedang silenzio stampa.

Terakhir kali pernyataan kontroversial dari kubu Prabowo-Sandi adalah ketika menyebut Menteri Keuangan sebagai Menteri Pencetak Utang. Kubu petahana pun bereaksi keras dan langsung menyerang balik.

Menteri Keuangan Sri Mulyani merasa tersinggung berat. Hingga dalam laman Facebooknya Sri Mulyani mengunggah postingan yang menyindir pernyataan Prabowo tersebut. Mengutip sebagian dari postingan tersebut, Sri Mulyani dengan nada puitis menuliskan, "Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang, Kami menyelesaikan
Ribuan kilometer jalan raya, toll, jembatan 
Untuk rakyat...."

Atasan Menkeu juga tak mau kalah. Menanggapi pernyataan Prabowo tentang Menteri Pencetak Utang, Presiden Jokowi dengan terus terang mengatakan Prabowo tidak mengerti ekonomi makro.

Pernyataan Jokowi tersebut merupakan awal dari rentetan serangan pihak incumbent terhadap lawannya. Setelah itu, berturut-turut Jokowi menyindir adanya konsultan asing di kubu Prabowo-Sandi, hingga sindiran dalam bentuk pujian terhadap kejujuran Ratna Sarumpaet yang mengaku sudah membuat hoaks. Puncaknya, Jokowi menuduh ada yang sengaja melakukan strategi Propaganda Rusia. Menebar hoaks, menebar kebohongan dan dusta secara terus menerus.

Kubu petahana seperti sedang Gung Ho. Tanpa pikir panjang langsung menyerang dengan antusias dan penuh semangat. Sementara pihak lawannya memilih pola bertahan cattenaccio, menunggu kelengahan lawan untuk melakukan serangan balik.

Dengan pola serangan Gung Ho tersebut, kubu petahana menjadi kebablasan. Mereka lupa dengan pertahanannya sendiri. Lupa untuk berhati-hati.

Alih-alih serangan itu mengenai lawannya, kubu petahana malah beberapa kali melakukan blunder. Bukan cuma Jokowi sendiri, pejabat pendukung hingga relawannya juga melakukan blunder. Mulai dari pertanyaan "Yang Gaji Kamu Siapa" oleh Menkominfo, insiden "Doa yang tertukar", pemberian gelar "Jancuk", hingga pernyataan Wali Kota Semarang tentang larangan memakai jalan tol bagi yang tidak mendukung Jokowi.

Tak hanya blunder pernyataan, dalam jangka waktu dua bulan pemerintahan Jokowi juga blunder kebijakan. Remisi fantastis yang diterima Robert Tantular, revisi pembebasan untuk Abu Bakar Baasyir, hingga remisi bagi terpidana seumur hidup untuk Susrama, otak pembunuhan berencana terhadap wartawan Radar Bali.

Hal yang sebaliknya dilakukan kubu Prabowo-Sandi. Mereka tidak banyak mengobral komentar. Seperti ketika Jokowi memuji kejujuran Ratna Sarumpaet, cawapres Sandiaga Uno cuma berkomentar singkat, "Kami korban Hoaks." Tim Prabowo-Sandi tidak menyerang balik atau mempertahankan diri mati-matian. Mereka hanya heran dan mempertanyakan ada apa dan mengapa sekarang tiba-tiba saja Jokowi memuji kejujuran Ratna Sarumpaet yang sudah membuat hoaks skala nasional.

Begitu pula saat ditanya wartawan tentang insiden "doa yang tertukar", Sandi hanya menjawab bahwa "Lidah manusia itu dikuasai Allah" dan dengan bijak mengatakan Mbah Moen mendo'akan Prabowo dan Jokowi. Berbeda sekali dengan yang dilakukan kubu petahana. Mereka jadi sibuk sendiri. Ketua Umum PPP Romahurmuzy sibuk membuat klarifikasi. Sementara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf malah meminta kubu Prabowo-Sandi tidak GeEr dengan insiden "doa yang tertukar" tersebut.

Klarifikasi demi klarifikasi harus dilakukan kubu petahana akibat pola kampanye dengan menyerang secara frontal dan tanpa pikir panjang ini. Sekjend PDI-P Hasto mengklarifikasi bahwa pernyataan Wali Kota Semarang itu hanya bercanda. Sekjend partai Nasdem mengatakan yang "jancuk" itu capres sebelah. Sementara TKN Jokowi mengklarifikasi Propaganda Rusia itu bukan untuk menyinggung Rusia. Tak lupa TKN Jokowi juga menuduh pihak Prabowo-Sandi lah yang sengaja ingin membenturkan Jokowi dengan Rusia. Aneh kan?

Berbagai blunder yang dilakukan kubu petahana tak pelak bisa menguntungkan pihak lawannya sekaligus kampanye gratis bagi pasangan Prabowo-Sandi. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi sampai percaya diri bahwa elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi bisa menyalip elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dalam waktu satu bulan mendatang.

Selain terbantu oleh blunder yang dilakukan kubu petahana, strategi terbaru yang dimainkan tim Prabowo-Sandi juga bisa mewujudkan keyakinan mereka. Prabowo-Sandi lebih banyak diam. Mereka bekerja dalam senyap, bergerilya ke kantong-kantong pemilih secara langsung daripada mengumbar pernyataan kontroversial.

Mereka juga tidak lagi banyak mengkritik pemerintah. Prabowo-Sandi lebih memilih strategi meraih simpati dengan turun langsung menemui calon-calon pemilihnya, sembari terus menguatkan keyakinan bahwa mereka pantas mendapatkan mandat untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.

Kurang lebih dari dua bulan menjelang hari pemilihan, tim Prabowo-Sandi memilih bersikap hati-hati. Mereka mengerti, porsi terbanyak dari suara rakyat berada kota-kota. Dimana para pemilih mudah mengakses berita dan informasi. Karena itu, setiap blunder apapun yang berpotensi menggerus elektabilitas dikurangi seminimal mungkin. Jika seperti ini terus, bukan tidak mungkin Prabowo-Sandi bisa memenangi pemilihan presiden 17 April 2019 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun