Klarifikasi demi klarifikasi harus dilakukan kubu petahana akibat pola kampanye dengan menyerang secara frontal dan tanpa pikir panjang ini. Sekjend PDI-P Hasto mengklarifikasi bahwa pernyataan Wali Kota Semarang itu hanya bercanda. Sekjend partai Nasdem mengatakan yang "jancuk" itu capres sebelah. Sementara TKN Jokowi mengklarifikasi Propaganda Rusia itu bukan untuk menyinggung Rusia. Tak lupa TKN Jokowi juga menuduh pihak Prabowo-Sandi lah yang sengaja ingin membenturkan Jokowi dengan Rusia. Aneh kan?
Berbagai blunder yang dilakukan kubu petahana tak pelak bisa menguntungkan pihak lawannya sekaligus kampanye gratis bagi pasangan Prabowo-Sandi. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi sampai percaya diri bahwa elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi bisa menyalip elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dalam waktu satu bulan mendatang.
Selain terbantu oleh blunder yang dilakukan kubu petahana, strategi terbaru yang dimainkan tim Prabowo-Sandi juga bisa mewujudkan keyakinan mereka. Prabowo-Sandi lebih banyak diam. Mereka bekerja dalam senyap, bergerilya ke kantong-kantong pemilih secara langsung daripada mengumbar pernyataan kontroversial.
Mereka juga tidak lagi banyak mengkritik pemerintah. Prabowo-Sandi lebih memilih strategi meraih simpati dengan turun langsung menemui calon-calon pemilihnya, sembari terus menguatkan keyakinan bahwa mereka pantas mendapatkan mandat untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Kurang lebih dari dua bulan menjelang hari pemilihan, tim Prabowo-Sandi memilih bersikap hati-hati. Mereka mengerti, porsi terbanyak dari suara rakyat berada kota-kota. Dimana para pemilih mudah mengakses berita dan informasi. Karena itu, setiap blunder apapun yang berpotensi menggerus elektabilitas dikurangi seminimal mungkin. Jika seperti ini terus, bukan tidak mungkin Prabowo-Sandi bisa memenangi pemilihan presiden 17 April 2019 mendatang.