Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Tentang "Propaganda Rusia", Inilah Kekeliruan dan Kesalahan Fatal Jokowi

4 Februari 2019   22:18 Diperbarui: 5 Februari 2019   14:27 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Trump juga dinilai sebagai pembohong ulung yang produktif. Trump sering mengulangi pernyataan menyesatkan dalam tweet yang cepat dan berurutan. Trump juga dicatat media sering tidak konsisten dalam pernyataannya sendiri.

Teknik penyampaian pesan seperti ini tidak akan bisa terlaksana jika tidak bisa menguasai media. Karena menurut RAND, "Propaganda Rusia diproduksi dalam volume yang sangat besar dan disiarkan atau didistribusikan melalui sejumlah besar saluran." Trump bisa melakukannya karena sebelum menjadi presiden, dia sudah menjadi selebriti berita. Apalagi ditambah statusnya sebagai POTUS.

Sekilas, Trump dan Putin memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Tetapi para pengamat politik Amerika menilai kedua pemimpin negara adidaya ini memiliki satu kesamaan, yakni kecenderungan untuk mengulangi kebohongan yang besar. Kedua pemimpin ini menunjukkan semacam rasa tidak tahu malu  ketika berbicara dan menceritakan kembali kebohongan yang mereka ciptakan.

Menilik pernyataan Kedubes Rusia yang tidak terima atas pernyataan Jokowi tentang teori Propaganda Rusia dimainkan dalam peta politik di Indonesia, Presiden Jokowi terlihat sudah melakukan kesalahan fatal. Memang benar tidak ada yang namanya Propaganda Rusia.

Istilah ini diciptakan para peneliti RAND untuk menyebut gambaran gaya komunikasi Presiden Rusia Vladimir Putin yang diakomodir oleh media-media utama Rusia. Latar belakang dari Laporan RAND pada dasarnya menyoroti aksi penyangkalan dari Putin dan media Rusia atas kehadiran pasukan Rusia di Crimea.

Dalam konteks pernyataan Jokowi tentang teori Propaganda Rusia, sudah sepatutnya pihak Istana maupun tim sukses Jokowi segera merespon sikap keberatan dari Kedubes Rusia. Presiden Jokowi sudah terlanjur melontarkan pernyataan yang menyinggung kedaulatan dan harga diri negara lain tanpa disertai dengan referensi fakta yang sebenarnya.

Selain itu, Jokowi juga keliru dalam menafsirkan apa yang dimaksud RAND sebagai teknik firehose of falsehood ala Rusia. Peneliti RAND mengatakan, teknik ini pengalihan isu ini tidak akan terlaksana jika tidak bisa menguasai media. Sementara kita tahu sendiri, pihak mana yang menguasai media paling banyak. Merekalah yang bisa mengendalikan jenis-jenis berita apa yang akan disebar ke masyarakat.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun