Terlebih ketika Jokowi bilang ia tidak mengeluarkan biaya sepeserpun saat berkampanye mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama Basuki Tjahaya Purnama. Padahal publik sudah tahu (berkat jejak digital), saat itu Prabowo yang mengusungnya dan adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo yang mengeluarkan biaya pencalonan Jokowi hingga milyaran rupiah.
Harus diakui, gaya Prabowo dalam menjelaskan suatu gagasan terkesan terlalu kompleks. Prabowo lebih banyak memakai bahasa dan kiasan tingkat tinggi. Sulit bagi orang-orang biasa saja untuk memahami apa yang dimaksudkannya dibalik setiap pernyataan yang ia lontarkan.Â
Terlebih apabila pernyataan-pernyataan itu ditangkap secara sepotong-sepotong, tidak utuh menyambung dari awal hingga akhir.
Terkait pernyataan "Korupsi itu tak seberapa", di akhir jawabannya Prabowo menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menindak tegas setiap kasus korupsi yang terjadi. Ia tidak akan mentolerir siapapun juga, apalagi dari pihaknya sendiri.
Dalam kontestasi politik yang kian mendekati garis akhir, sangat wajar apabila setiap pernyataan, sikap hingga gestur dari masing-masing kandidat capres/cawapres dipelintir sedemikian rupa untuk dijadikan peluru serangan.Â
Namun, kita juga harus bisa bersikap proporsional dan lebih adil sejak dalam pikiran sebelum melontarkan kritik yang tidak didukung dengan alasan dan argumen yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H