Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Menambang Data Pengenalan Wajah Lewat Tren "10 Years Challenge"

17 Januari 2019   00:21 Diperbarui: 17 Januari 2019   14:11 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ALYSSA FOOTE; GETTY IMAGES | Sumber: wired.com

Teknologi pengenalan wajah memang termasuk teknologi kecerdasan buatan yang masih baru. Tapi bukan berarti belum ada yang memanfaatkan teknologi tersebut untuk kepentingan tertentu.

Pada akhir tahun 2016, Amazon memperkenalkan layanan pengenalan wajah secara real-time. Mereka kemudian mulai menjual layanan-layanan itu kepada penegak hukum dan lembaga pemerintah, seperti departemen kepolisian di Orlando dan Washington County, Oregon.

Tetapi teknologi ini menimbulkan masalah privasi utama; polisi dapat menggunakan teknologi tidak hanya untuk melacak orang-orang yang diduga melakukan kejahatan, tetapi juga orang-orang yang tidak melakukan kejahatan, seperti demonstran dan orang lain yang dianggap mengganggu oleh polisi.

American Civil Liberties Union lalu meminta Amazon untuk berhenti menjual layanan ini. Begitu pula sebagian pemegang saham dan karyawan Amazon, yang meminta Amazon untuk menghentikan layanan tersebut, dengan alasan kekhawatiran akan penilaian dan reputasi perusahaan.

Meski begitu, teknologi pengenalan wajah juga bisa sangat berguna. Tahun lalu polisi di New Delhi, India melaporkan berhasil melacak hampir 3.000 anak yang hilang hanya dalam waktu empat hari dengan menggunakan teknologi ini.

Terlepas dari asal atau maksud di balik meme tantangan ini, kita semua harus menjadi lebih mengerti tentang data yang kita buat dan bagikan, akses yang kita berikan padanya, dan implikasinya untuk penggunaannya.

Jika konteksnya adalah permainan yang secara eksplisit menyatakan bahwa itu mengumpulkan pasangan foto yang dulu dan sekarang untuk penelitian perkembangan usia, kita bisa memilih untuk berpartisipasi dengan kesadaran siapa yang seharusnya memiliki akses ke foto dan untuk tujuan apa.

Manusia adalah sumber daya paling berharga bagi teknologi kecerdasan buatan. Sudah sepatutnya bila kita harus menuntut agar dunia bisnis teknologi terbaru ini memperlakukan data kita dengan hormat, dengan segala cara. Di satu sisi, kita juga harus lebih perdulu dan perlu memperlakukan data kita sendiri dengan hormat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun