Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Instagram, Candu Popularitas dan Virus Kepalsuan

13 Januari 2019   16:25 Diperbarui: 13 Januari 2019   21:32 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: unsplash.com/@rizkyazden

Candu popularitas juga mengubah budaya dan persepsi dari anak-anak muda tersebut tentang liburan. Dulu, kita liburan untuk menikmati pemandangan alam, bersantai sejenak menghilangkan kepenatan setelah sekian hari direpotkan dengan rutinitas pekerjaan.

Semenjak candu popularitas itu dikonsumsi, pemandangan alam dan suasana tempat wisata hanya menjadi latar belakang dari foto diri. Instagrammer bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengambil selfie terbaik dan merumuskan caption yang cerdas. Tak lebih dari itu.

***

Sudah satu bulan ini saya tidak membuka akun Instagram. Selain karena bosan feed-nya "hanya itu-itu saja", juga karena dalam sudut hati yang paling dalam, saya merasa tidak nyaman dengan "kepalsuan" di dunia yang penuh dengan gambar-gambar indah tersebut.

Saya tidak bisa berpura-pura bahagia, memposting foto-foto liburan atau aktivitas seru terus padahal aslinya itu foto koleksi lama, sementara saat ini saya sedang disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga. Saya juga tidak bisa lagi berpura-pura kreatif, memposting hasil jepretan dari kamera smartphone supaya dianggap itu karya fotografi yang bagus. Padahal saya sudah mengeditnya dengan aplikasi khusus.

Begitu pula dengan Facebook, saya juga mengurangi intensitas dan interaksi di dalamnya. Dua tahun lalu, saya sengaja menon-aktifkan akun Facebook. Belakangan saya sadar ternyata  saya tidak bisa benar-benar meninggalkannya. Masih banyak teman-teman saya yang kadang membagikan informasi berharga di Facebook sekalipun mereka sudah ada di grup WA.

Saya pun mengaktifkan kembali akun Facebook, sembari bersih-bersih pertemanan. Hanya dengan mereka yang benar-benar saya kenal saja. (Sekadar informasi, saat kita menonaktifkan akun, Facebook tidak menghapus akun kita. Facebook hanya memperlihatkan pada pengguna lain bahwa akun kita sudah tidak aktif, tapi bukan terhapus sama sekali. Pengguna bisa mengaktifkan kembali akun Facebook-nya cukup dengan memasukkan nama pengguna dan password-nya kembali).

Idealis dan sok moralis? Ah biarlah. Apa yang saya rasakan setelah berhenti main-main dengan Instagram dan Facebook justru membuat saya merasa lebih tenang, senang dan nyaman. Saya merasa lebih santai, lebih fokus pada diri sendiri dan kreativitas asli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun