Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kesalahan Berpikir dalam Pidato Jokowi soal Pemimpin Butuh Pengalaman

13 Januari 2019   11:44 Diperbarui: 13 Januari 2019   11:54 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan ribuan pendukungnya yang diklaim adalah Alumni Universitas Indonesia, calon presiden petahana Joko Widodo menegaskan dalam memilih pemimpin jangan asal coba-coba. Pemimpin butuh pengalaman.

"Diperlukan pengalaman dalam memerintah. Apalagi sebuah negara yang besar seperti Indonesia ini. Jangan coba-coba dong," ujar Jokowi di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Januari 2019. Ia menyebut menapaki dunia pemerintahan membutuhkan tahapan dan proses.

"Karena saya memiliki latar belakang pengalaman mengelola kota, mengelola provinsi, waktu masuk ke lingkup pengelolaan negara, manajemen negara. Ya saya biasa-biasa saja karena sudah mengalami itu. Itu lah yang dinamakan begitu sangat pentingnya pengalaman dalam berpemerintahan," tandas dia.

Maka itu, ia berharap, masyarakat Indonesia jangan coba-coba dalam menentukan pilihan pada pilpres nanti. "Di sebuah kota saja saya memerlukan 1,5 tahun sampai 2 tahun untuk belajar apalagi belum punya pengalaman langsung mengelola negara. Butuh waktu berapa tahun pertanyaan saya?," pungkas dia.

Pernyataan Jokowi tersebut secara tidak langsung menyindir calon presiden Prabowo Subianto. Namun, pernyataan Jokowi itu juga mengandung logical fallacy (kekeliruan logis) yang fatal.

Pernyataan Jokowi bahwa pemimpin itu butuh pengalaman memang benar. Tapi pengalaman seperti apa?

Jika untuk menjadi presiden seseorang harus teruji bisa memimpin negara terlebih dahulu, pada pilpres 2014 Jokowi juga tidak memiliki pengalaman memimpin negara. 

Jika yang dimaksudkan adalah pengalaman birokrasi, sebelum terpilih dan menjabat sebagai Walikota Solo Jokowi juga tidak memiliki pengalaman birokrasi.

Jika yang dimaksudkan adalah pengalaman memimpin, maka Prabowo juga berpengalaman semasa masih aktif di militer. Bukankah Prabowo mantan Danjen Kopassus? Apakah itu bukan suatu bentuk kepemimpinan?

Jokowi saat ini memang diuntungkan dengan statusnya sebagai petahana, yang artinya dia sudah memiliki pengalaman memimpin negara. Sementara Prabowo belum. 

Seandainya Jokowi berada dalam posisi Prabowo, atau situasinya seperti pilpres 2014 yang saat itu tidak ada calon petahana, saya yakin Jokowi tidak akan berani mengeluarkan pernyataan seperti ini.

Selain itu, jika untuk menjadi presiden harus berpengalaman dalam hal birokrasi yang berjenjang seperti yang dimaksudkan Jokowi, maka Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY juga bisa disebut tidak memiliki pengalaman birokrasi berjenjang.

Sebelum menjadi presiden, apa pengalaman birokrasi dari presiden-presiden sebelumnya tersebut? Tidak ada. Mereka tidak pernah menjadi walikota atau gubernur. 

Barrack Obama sekalipun sebelum menjadi presiden AS untuk pertama kalinya juga tidak memiliki pengalaman memimpin negara. Tapi sejarah membuktikan mereka semua bisa terpilih menjadi presiden dan berhasil memimpin negaranya.

Bahkan SBY saat berkampanye untuk kedua kalinya tidak pernah menegaskan secara langsung untuk menjadi presiden itu harus memiliki pengalaman memimpin negara. Karena SBY tahu, sebelum menjabat presiden dia belum memiliki pengalaman tersebut.

Sekarang coba dibalik pertanyaannya. Karena Presiden itu Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, dia seharusnya memiliki pengalaman atau karir militer, minimal pernah memimpin suatu pasukan. Nah, apakah Jokowi memiliki pengalaman tersebut?

Karena itu, dalam membandingkan sesuatu harus seimbang, apple to apple. Jangan membandingkan apel dengan kedondong atau jeruk dengan semangka.

Sebagaimana yang dikatakan Sandiaga Uno, Jokowi memang diuntungkan dengan segala privilige yang melekat pada dirinya sebagai petahana. Karena itu, kubu Jokowi bisa mengedepankan kinerja pemerintahannya sebagai materi kampanye. Sesuatu yang tidak dimiliki pihak Prabowo-Sandi.

Namun, menyerang lawan dengan materi pengalaman adalah kesalahan berpikir yang fatal. Karena pengalaman itu relatif. Pengalaman bisa didapatkan seiring berjalannya waktu orang tersebut bekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun